Mungkin pembawaan sebagai prajurit kerajaan bercampur usia masih muda. Merasa bagian dari kelompok elit.
Abu Nawas yang tahu itu pasukan prajurit kerajaan menjawab dengan gaya malas-malasan.
“Tidak jauh dari sini. Pergi saja ke sana. Belok kiri nanti ada gerbang warna putih. Masuk saja,” jawab Abu Nawas sambil menunjuk ke suatu arah.
Prajurit-prajurit itu bergegas ke arah yang ditunjukan Abu Nawas. Semangat sekali karena dibenaknya sudah terbayang bisa bersenang-senang.
Tetapi alangkah terkejutya par prajurit kerajaan itu.
Sebab tempat yang mereka tuju sesuai petunjuk Abu Nawas tidak lain sebuah kuburan.
“Kurang ajar pak tua itu, mempermainkan kita!” geram para prajurit itu.
“Ayo kita kembali, kejar pak tua sialan itu,” ajak prajurit yang lebih senior di antara mereka.
Bergegas mereka ke tempat pertemuan dengan Abu Nawas.
Ternyata Abu Nawas masih ada di sana.
Rupanya Abu Nawas juga sengaja menunggu para prajurit itu kembali. Sudah tahu akan kembali karena yang dia tunjukkan itu memang kuburan.
“Nah itu pak tua sialannya,” seru para prajurit itu setengah berlari ke arah Abu Nawas.
Lalu dikerubunginga Abu Nawas oleh para prajurit itu. Wajah sangar terlihat karena marah merasa dipermainkan.
“Pak tua, kamu keterlaluan. Ditanya baik-baik malah mempermainkan kami. Apa maksudnya menunjukkan arah ke kuburan?” hardik prajurit senior.
“Iya memang itu tempat bersenang-senang kok. Apanya yang mempermainkan?” jawab Abu Nawas dengan nada malas-malasan.