Ismail AS putera yang sholeh. Ketika usia 1 tahun dibawa ke Mekkah negeri yang gersang dan tandus tanpa pohon dan air.
Tapi karena itu perintah Allah Siti Hajjar pun mengikhlaskan Ibrahim AS untuk meninggalkan mereka.
Siti Hajar bertanya,”Wahai Ibrahim apakah ini perintah Allah?”
“Ya, ini perintah Allah,” jawab Ibrahim kemudian beranjak pergi meninggal ibu dan anak itu di padang pasir gersang.
Kemudian ketika Ismail dewasa diperintahkan Allah melalui mimpi untuk disembelih. Tentang kurban bisa klik di sini.
“Mimpi para Nabi adalah wahyu. Diperintahkan agar menyembelih Ismail.
Ismail pun menurut karena perintah Allah, dan kemudian diganti kurban Ismail dengan kambing yang besar,” ujar Unas.
Dijelaskan Unas, anak sesholeh Ismail AS, tidak mungkin datang dari kehampaan. Tidak mungkin datang dari tangan kosong.
Tetapi semua itu hasil sebuah sentuhan kesholehan sang ayah.
Sentuhan kebaikan dan keikhlasan sang ayah dalam mendidiknya.
Dalam sejarah para Nabi dan Rasul, papar Unas, mereka memastikan pendidikan anaknya dengan pendidikan terbaik.
Selalu yang mereka tanyakan kepada anaknya tentang ‘apa yang akan kalian sembah sepeninggalku?’
‘Ibadah kalian bagaimana sepeninggalku?’
Para Nabi tidak pernah menanyakan hal-hal yang bersifat duniawi yang bentuknya rezeki.
“Karena rezeki sudah dijamin Allah. Sudah ditentukan Allah. Tidak ada makhluk melata di bumi kecuali Allah sudah tentukan takdirnya. Bahkan ketika ada orang memint agar tidak diberi rezeki Allah pasti tetap akan memberinya rezeki,” urai Unas.
Rezekimu akan mengejarmu sebagaimana ajalmengejarmu. Dia akan senantiasa berdampingan dengan ajal.