Beberapa doa Nabi Ibrahim as yang diabadikan dalam Alquran di antaranya dalam QS. Ash
Shafat: 100 juga QS. Al-Baqarah: 126. Kedua-duanya diijabah oleh Allah.
Buktinya, Nabi Ibrahim as dianugerahi seorang putra yang lemah-lembut yang kemudian diberi nama Ismail dan di kemudian hari diangkat oleh Allah menjadi nabi juga.
Selain itu, Makkah yang awalnya merupakan sebuah lembah tak berpenghuni dan tak ada bahan makanan, tempat Nabi Ibrahim meninggalkan bayi Ismail bersama ibunya atas perintah Allah, kini mewujud menjadi sebuah kota yang ramai dikunjungi kaum muslimin dari seluruh pelosok dunia dan tidak pernah kekurangan bahan makanan.
BACA JUGA: Jurnalis Italia: Marcus Thuram Memilih Inter Milan Karena Paolo Maldini
”Doa itu penting karena doa adalah senjatanya kaum mukmin sekaligus ’otak’-nya ibadah. Di samping sebagai sarana merendahkan diri kepada Allah, juga bukti ketaatan kepada-Nya. Harus diakui bahwa kita perlu bantuan Allah Yang Maha Kuasa. Banyak hal tidak bisa dilakukan kecuali hanya dengan kekuasaan Allah SWT,” terang KH Arip.
”Karenanya, mari kita selalu berdoa untuk kepentingan dan kebahagiaan diri sendiri, juga untuk kepentingan dan kebahagiaan orang-orang di sekitar kita,” tambahnya.
Kedua, semangat berusaha. Hal ini dicontohkan Siti Hajar ketika mencari air untuk minum, ketika bayi Ismail merengek karena haus dan lapar setelah ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim as di tengah lembah yang kering dan tandus.
Meski Siti Hajar yakin bahwa Allah tidak akan membiarkan dirinya dan anaknya sengsara, tapi dia tetap berusaha mencari. Inilah esensi sa’i, yakni berusaha menjemput rezeki untuk mencukupi kebutuhan diri dan keluarga.
Mengutip sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Rasulullah Saw bersabda, ”Sesungguhnya Allah mencintai hamba-Nya yang berkarya dan terampil (profesional atau ahli). Barangsiapa bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia seperti seorang pejuang di jalan Allah.”
”Maka, kita harus terus berusaha secara profesional sehingga Allah SWT mencintai kita,” tandas KH Arip.
Ketiga, memiliki hati yang bersih dan tajam. Hati bisa kotor karena dosa.
Mengutip sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, ”Jika seorang hamba melakukan satu dosa, niscaya akan ditorehkan di hatinya satu noda hitam. Seandainya dia meninggalkan dosa itu, beristigfar dan bertaubat; niscaya noda itu akan dihapus. Tapi jika dia kembali berbuat dosa; niscaya noda-noda itu akan semakin bertambah hingga menghitamkan semua hatinya...”
BACA JUGA: RESMI Gabung Persib, Mantan Bek Persija Langsung Dicintai Bobotoh, Ini Keistimewaannya
Keluarga Nabi Ibrahim as memiliki hati yang bersih dan tajam sehingga sangat mudah dan ringan hati ketika mendapat perintah Allah meski bagi sebagian orang dianggap berat.