“Sebentar anak muda, kenapa kamu tidak mengakui dua kapak sebelumnya. Padahal jauh lebih bagus?” tanya kakek jelmaan Raja Jin itu.
Abu Nawas menatap kakek itu. Sejak kemunculannya yang tiba-tiba sudah menduga kalau kakek ini bukan manusia.
Tapi karena baik dan menolongnya Abu Nawas tidak takut kepadanya.
“Saya tidak mau mengakui barang yang bukan hak milik saya. Itu berdosa,” jawab Abu Nawas.
Mendengar jawaban itu kakek jelmaan Raja Jin tertawa senang. “Anak muda, kamu orang jujur. Hadiahnya aku berikan dua kapak ini kepadamu. Terimalah,” kata kakek itu sambil menyodorkan kapak emas dan kapak berlapis permata.
Abu Nawas gembira sekali. Akhirnya dia pulang tidak jadi mencari kayu bakar.
Dua kapak pemberian kakek akan dijualnya. Tentu hasil uangnya akan banyak dan cukup untuk mengubah kehidupannya.
Pikirnya, tidak usah lagi ke hutan mencari kayu bakar yang hasilnya sebatas cukup hidup sehari-hari.
Dalam perjalanan pulang rupanya kakek Raja Jin penasaran dengan kejujuran Abu Nawas. Dia diam-diam mengikuti.
Dia dengan kesaktiannya lebih dulu sampai ke rumah Abu Nawas.
Timbul isengnya untuk kembali menguji Abu Nawas. Raja Jin menculik istri Abu Nawas dan menyembunyikannya di alam jin.
Tiba di rumah Abu Nawas memanggil istrinya untuk mengabarkan kegembiraan mendapat dua kapak berharga.
Tetapi beberapa kali.memanggil tidak ada sahutan dari sang istri.
Abu Nawas masuk rumah dan mengecek semua ruangan. Barangkali istrinya ketiduran.
Tetap todak ditemukan. Akhirnya Abu Nawas duduk lesu. Air matanya mengalir.
Abu Nawas menangis karena kehilangan istrinya. Terbayang hal-hal buruk tentang istrinya.