radartasik.com - Bulan Ramadan merupakan wahana untuk menggapai ketakwaan.
Karena tujuan utama puasa Ramadan bukan menahan nafsu lapar dan haus serta syahwat saja.
Puasa Ramadan harus mampu menjadi ajang trainingpengendalian diri dari hawa nafsu berbuat keji dan nista.
Yakni perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum atau syariat yang ditetapkan Allah.
BACA JUGA:Segudang Manfaat Berpuasa untuk Kesehatan, Bukan Hanya Menahan Haus dan Lapar Saja
Jika manusia melakukan perbuatan keji dan nista berupa dosa kecil dan dosa besar akan membuat derajatnya hina.
Kehinaan itu bukan saja di mana sesama manusia terutama di hadapan Allah SWT.
Sebuah kitab yakni Tafsir al-Maraghi (2006:170) menyebutjan bahwa keji atau al-fakhsya' meliputi ucapan dan perbuatan yang jelek seperti zina, mabuk, rakus, mencuri.
Tentu orang yang melakukan perbuatan zina, mabuk, mencuri baik kelas kampung seperti mencuri ayam hingga kelas elit berupa korupsi, akan menjadikan pelakunya hina di mata masyarakat.
Sebab orang tersebut dianggap sudah melanggar norma dan juga hukum positif.
BACA JUGA:Tak Hanya Ribut dengan Maldini, Luciano Spalletti Hampir Ditinju Fans Fiorentina di Artemio Franchi
Masyarakat akan merasa dikotori dan dirusak tatanan kehidupannya sehingga secara sosial dihukum dengan perlakuandibenci, dihujat dan dikucilkannyahingga ada yang diusir dari lingkungan.
Pelaku pelanggaran secara hukum positif juga mendapat kehinaan misalnya dengan diproses hukum hingga menjadi narapidana.
Karena itu bulan Ramadan ini merupakan momentum untuk melatih diri mengendalikan hawa nafsu berbuat hal-hal buruk.
Memasuki Ramadan hari ke-13 ada doa yang dianjurkan dibaca agar terlindung dari berbuat keji dan nista.