TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM – Ulama yang juga Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Muhammad Habib Luthfi bin Yahya menegaskan, selagi ulama, TNI, Polri dan masyarakat bersatu, maka kekuatan Indonesia tidak terpisahkan.
Hal itu dikatakan Habib Luthfi saat memimpin doa bersama bertajuk Tasikmalaya Bersholawat untuk Indonesia di halaman Mapolres Tasikmalaya Kota, Rabu 15 Februari 2023 sore.
Dia mengajak semua masyarakat, ulama dan elemen pemerintahan untuk menjaga dan menguatkan persatuan supaya tak bisa dipecah belah orang lain.
"Sore hari ini suatu kehormatan bisa berkumpul bersama alim ulama dan tokoh masyarakat serta unsur pemerintahan, TNI dan Polri," ujar Habib Luthfi di hadapan ribuan warga.
BACA JUGA:Menghadapi Pemilu 2024, Polres Tasikmalaya Gelar Diskusi Bersama, Ngariung Bareng Kapolda Jawa Barat
"Saya terharu karena ini yang saya tunggu, selagi ulama, TNI dan Polri dan masyarakat tak bisa dipisahkan, itulah kekuatan utama di Indonesia," sambungnya.
Habib Luthfi menerangkan, sejatinya dirinya merasa malu datang ke Tasikmalaya dengan adanya perjuangan seorang tokoh yang luar biasa yakni Syekh Abdul Muhyi di Pamijahan, Kabupaten Tasikmalaya.
Dengan perjuangannya, tokoh itu tak melihat tempat yang mewah dan tak mendapatkan pelayanan spesial.
Namun, hanya memilih tempat sepi dan sangat sederhana untuk mengamalkan ilmunya kepada warga Tasikmalaya dan sekitarnya.
"Sebetulnya saya ke Tasikmalaya itu malu. Di sini ada tokoh luar biasa yang harus jadi cermin dan contoh semua. Yakni ada tempat Pamijahan. Awalnya saya aneh, kenapa kok memilih Pamijahan. Orang naik atau panjat perlu waktu dan kesehatan. Yakni Syekh Abdul Muhyi keturunan langsung ke-25 Sayidinna Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam," terangnya.
Bagaimana tidak malu, ulas Habib Luthfi, tokoh luar biasa itu berjuang untuk mengamalkan tarekat ajaran Islam. Menurutnya, tarekat itu bukan hanya melihat seperti kesaktian-kesaktian, tapi tarekat bagaimana caranya orang membersihkan hati.
"Jadi beliau itu karena kalian memiliki Syekh Muhidin atau Syekh Abdul Muhyi. Kalau kita melihat sejarah beliau, kita malu rasanya saat ini tidak menjadi cermin rakyat. Contohnya, apa tarekat itu? Misal tiasa ngambang (kesaktian)? Tarekat itu, bagaimana cara membersihkan hati," bebernya.
Dengan demikian, tambah Habib, jika seluruh masyarakat atau tokoh di Indonesia bisa menjaga dan membersihkan hati, tentu akan bisa bersatu dan menjaga persatuan dan kesatuan Negara Indonesia.
BACA JUGA:INDAH! Suasana Jembatan Terpanjang di Kota Tasik Saat Pagi dan Petang