Kini Surya Utama berumur 47 tahun. Ia terlihat akan banting stir sepenuhnya dari dunia hiburan. Jangan-jangan ia akan jadi calon anggota DPR.
"Insya Allah saya akan nyalon DPR," ujar Surya Utama kepada Disway pekan lalu. "Saya akan berangkat dari partai PAN," tambahnya.
"Dari Dapil mana?"
"Dapil Jakarta II," jawabnya. Yakni Jakarta Pusat-Selatan.
Saya pun mencari kontak ke wartawan di Rokan Hilir. Saya ingin tahu apakah semua yang diceritakan di Uya Kuya itu benar.
Rokan Hilir adalah kabupaten paling utara di Riau. Berbatasan dengan Kabupaten Rantau Prapat di Sumatera Utara.
Saya baru sekali ke Rokan Hilir. Itu pun sebatas ke ibu kotanya: Bagansiapiapi. Yang suku Tionghoanya sangat dominan. Yang peninggalan kuno asal Tiongkoknya sangat banyak. Anda tentu masih ingat: Bagansiapiapi adalah penghasil ikan terbesar di Indonesia.
Itu di buku ilmu bumi zaman saya masih di sekolah dasar. Kini segala sektor kehidupan di sana sudah terkait dengan sawit. Kota Bagansiapiapi sendiri tidak begitu berkembang. Sudah muncul kota-kota baru di Rokan Hilir yang lebih besar dari Bagan. Itu lantaran kian ramainya jalan raya lintas timur Sumatera. Jalan utama ini tidak melewati Bagan. Jadilah Bagan kota di jalan buntu. Di pinggir laut.
Karena itu pernah ada pemikiran ibu kota Rokan Hilir harus dipindah ke kecamatan yang lebih berkembang. Yakni yang terletak di pinggir jalan utama Lintas Timur Sumatera. Ada dua kota baru yang mendadak besar di jalur itu: Tanah Putih dan Ujung Tanjung. Pembahasan perpindahan ibu kota ini berlarut-larut. Padahal kantor Polres, Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama sudah telanjur dibangun di Tanah Putih.
Kantor bupati RoHil masih tetap di Bagan Siapi-api. Jarak kedua kota ini sekitar 50 km, tapi perlu dua jam untuk mencapainya. Instansi pemerintah pun saling berjauhan.
Wartawan umumnya tinggal di Bagansiapiapi. Tanah Putih begitu jauhnya. Maka ketika keluarga sawit tersebut beraksi berkali-kali di Polres setempat tidak ada wartawan yang meliput.
"Kami yang di Bagan tidak tahu. Kami belum pernah meliput peristiwa itu," ujar seorang wartawan senior di Bagansiapiapi.
Saya pun bertanya: apakah sudah menonton podcast Uya Kuya soal nasib seorang petani sawit di daerahnya itu. "Belum," jawabnya.
Maka saya pun mengirimkan copy podcast itu. Dua jam kemudian saya tilpon wartawan tersebut. "Saya baru menonton separo. Saya tidak pernah tahu soal itu," katanya.
Kantor Polres RoHil memang sangat jauh pun dari Bagan. Dan kampung petani itu lebih jauh di pedalaman lagi. Masih dua jam lagi dari Polres. Yakni di Simpang Manggala.
Petani sawit itu pendatang dari Tanah Batak. Tahun 2004 ia sudah mulai membeli tanah kebun yang masih sangat murah. Sampai terkumpul 500 hektare. Mulailah sawit ditanam. Berbuah. Panen.