Saat itu Ateng Wahyudi menyemangati para pemain Persib karena kedudukan masih 0-0.
Setelah mendapatkan motivasi tersebut, kata Robby Darwis, para pemain Persib terngiang dan bangkit motivasinya untuk meraih juara.
"Dapat motivasi baru, terlepas dari dia kasih bunos atau engga, cuma ucapan itu kan harus dipikirkan oleh pemain dan alhamdulillah setelah Pak Ateng bilang begitu anak-anak punya motivasi lain dan kita bisa juara," ujar Robby Darwis yang menjadi bagian dari generasi emas Persib saat itu bersama Boyke Adam, Robby Darwis, Ajat Sudrajat dan Djadjang Nurdjaman.
Mereka adalah para pemain binaan Persib sejak junior hingga ikatan emosinya begitu kuat.
"Momen luar biasa karena ditunggu 3 tahun ya Kang (untuk juara)," kata Joe P-Project menimpali.
"Ya karena (PSMS) Medan itu batu sandungan (Persib juara," kata Robby lagi.
Saat itu memang PSMS Medan sedang kuat-kuatnya.
Menurut Joe, di mata penonton, saat itu persaingan unik di Perserikatan antara Persija, PSMS dan Persib.
Saat itu Persija tak pernah menang melawan Persib, namun Persija kerap menang melawan PSMS Medan. Sementara Persib selalu kesulitan kalau berhadapan dengan PSMS Medan.
Sementara itu gelar juara Perserikatan tahun 1986 menjadi pemuas dahaga para bobotoh karena saat itu Persib 25 tahun tidak juara Perserikatan. Hasilnya Robby Darwis bawa Piala Perserikatan ke Kota Bandung.
Rekor Persib Sulit Dipecahkan
Sementara itu sampai saat ini Persib pegang rekor El Clasico Indonesia.
Di era 1980 hingga awal 1990-an, El Clasico Indonesia adalah Persib vs PSMS Medan. Jadi saat itu belum Persib vs Persija.
Pemain Persib dan Bobotoh lama paham betul aroma persaingan sengit antara Persib dengan PSMS Medan.
Terlebih, di era 80-an, PSMS Medan dan Persib menjadi bagian tim besar yang langganan juara kompetisi Perserikatan.