Di seminar itu Lutfiya tampil sangat kritis. Dia mengemukakan angka-angka kemiskinan Lombok yang berbeda. Begitu kritisnya sampai dia dianggap mengemukakan data yang kurang tepat. Dia sampai di-huuuuu ramai-ramai.
Selesai seminar Tuan Guru Bajang mendekati Lutfiya. "Saya pikir saya akan dimarahi," ujar Lutfiya. "Ternyata beliau memegang kepala saya sambil membisikkan," tambahnyi.
Tuan Guri Bajang adalah ulama besar. Ia doktor ilmu tafsir Quran dari Al Azhar University Mesir, hafal Quran dan ketua tertinggi organisasi keagamaan terbesar di Lombok: Nahdlatul Wathan.
"Baiknya Lutfiya balik ke Lombok. Mengabdi ke daerah. Biar tahu sulitnya membangun daerah seperti NTB," ujar Lutfiya menirukan kata-kata Tuan Guru.
Kata-kata itu menancap ke sanubarinyi. Apalagi diucapkan dalam posisi tangan TGB memegang kepala Lutfiya. "Di Lombok kami percaya tangan ulama di kepala seperti itu sama dengan restu. Saya pun bertekad pulang ke Lombok," ujar Lutfiya.
Dia meninggalkan pekerjaan yang diinginkannyi. Dia tinggalkan gaji Rp 7 juta. Dia menjadi staf biasa di kantor wakil gubernur NTB: Sitti Rohmi Djalilah. Sang wagub adalah adik kandung Tuan Guru sendiri. Gaji Lutfiya Rp 1,5 juta.
Di dunia nyata ini Lutfiya menjalani kuliah yang sebenarnya. Bagaimana sulitnya menjalankan program, mengoordinasikan berbagai instansi, dan lambatnya pengambilan keputusan. Yang utama, Lutfiya jadi tahu: banyak orang yang kelihatannya baik, membela rakyat, idealis, kenyataannya ternyata justru sebaliknya.
Lutfiya jalani semua itu. Dengan integritas tinggi. Pun sampai dimusuhi banyak pihak. Dia pernah ditawari komisi Rp 140 juta. Dia tolak.
Akhirnya dia diminta Wagub untuk menjadi staf khusus. Bahkan kemudian sekaligus menjadi staf khusus Gubernur NTB Dr Zulkifliemansyah.
Gubernur dan wagub NTB ini termasuk sedikit kepala daerah dan wakilnya yang rukun. Tidak terjadi konflik. Sampai tahun keempat masa jabatan ini belum ada tanda-tanda pecah. Pun tidak ada indikasi Sang Wagub mau maju jadi gubernur di Pilkada akan datang.
Pecahnya hubungan kepala daerah dan wakil, biasanya dimulai dari sang wakil merasa tidak diberi wewenang. Plus anggarannya. Semua diambil No 1. Lalu kompor di sekitar sang wakil menyala. Sang wakil lantas merasa lebih mampu. Akhirnya sang wakil menunjukkan tanda-tanda akan menjadi pesaing di Pilkada berikutnya.
Semua itu tidak terlihat di NTB. Berarti kemungkinan besar keduanya masih akan berpasangan lagi di tahun 2024 nanti.
Kuat sekali.
Sang wagub termasuk bukan tipe hanya pendulang suara. Lewat ketokohannyi di Nahdlatul Wathan. Sang wagub orang pintar. Waktu SMA juara se-provinsi. Bu wagub NTB ternyata Doktor dari UNJ, S2 UNS, S1 ITS. Pernah lama menjadi pimpinan di perusahaan asing di NTB. Kalau pidato sangat menarik. Kalau bekerja sangat detail.
Wagub Sitti punya kapasitas untuk bertengkar dengan gubernur yang doktor ekonominya dari Glasgow University itu. Tapi dia tidak melakukan itu.
"NTB beruntung punya pasangan kepala daerah seperti ini," ujar Lutfiya.