Teddy Minahasa

Sabtu 15-10-2022,04:45 WIB

Di Negeri Kelantan Negeri-nyaCik Siti Wan Kembang (Pantai Timur Malaysia), ada digelar Wayang Kulit. KeranaTok Dalang guna loghat/ bahasa Kelantan, saya di Pantai Barat sendiri tak berapa paham isi cerita Wayang Kulit itu. Yang pasti, tiada kisah Siti Jenar, seperti yang hanya saya dapat di tulisan 

Mito SumitoHardjo

Di Jawa Tengah ada juga wayang spiritual, namanya wayang wahyu. Berkisah tentang kehidupan YesusKristus. Biasa dipentaskan di hari Natal atau tahun baru. Itu yang saya tahu di tahun 70an, tetapi saya belum pernah nonton langsung. Entah sekarang masih ada atau tidak, kata pak DI tergantung kreativitas dalangnya.

ErGham

Yang masih isi pertslite, itu tingkatannya syariat. Sedangkan yang isi vivo 89, tingkatannya hakikat. Yang satu terkait kuantitas, satunya lagi terkait kualitas. Hehehe. 

Budi Utomo

Setuju Pak Pry. Tuhan pun jangan-jangan sedang mentertawakan kita yang “sok tahu”. Wkwkwk. Terus terang Siti Jenar dan Gus Dur adalah salah dua dari sekian banyak tokoh yang mempengaruhi pola pikir saya. “Spektrum” saya (menunjuk kalimat Gus Dur) mungkin dianggap warna-warni. Tidak hitam putih dalam hal spiritual (baca: ranah pribadi seseorang dengan Tuhan). Wkwkwk. Bukan berarti saya tak punya pendirian yang fix. Saya punya. Tapi itu ranah pribadi. Daripada debat kusir ya lebih baik praktekkan prinsip-prinsip atau nilai-nilai yang kita yakini baik dan bermanfaat bagi hidup kita sebagai makhluk sosial (selain makhluk individual). Debat kusir ini mengingatkan saya pada humor Gus Dursbb. Ceritanya para pemuka berbagai agama sedang antri di depan pintu surga. Tiba-tiba ada seorang yang berjalan sempoyongan karena mabuk melewati antrian yang panjang itu dan langsung masuk surga tanpa mengantri. Sehingga ada yang bertanya pada malaikat penjaga pintu surga sambil protes tentunya. Siapa dia? Oh dia supir metromini yang baru saja tewas karena kecelakaan akibat mabuk minuman keras. Lha kok bisa masuk surga? Oh itu karena dia bisa membuat para penumpang dari berbagai agama berdoa khusyuk dan tulus kepada Tuhan sebelum metromini dijalankan. Mengalahkan ceramah dan khotbah Anda sekalian. Wkwkwk

PryadiSatriana

Di bawah, DabaikKuy 'eker-ekeran' (berdebat) dg Budi Utomottg 'hakikat tertinggi', tentang 'Tuhan'. Saya jadi teringat percakapan dg Pdt. NochMoningka, awal th 1990-an, saat beliau menjadi registrar dan dosen di SeminariAlkitab Asia Tenggara (SAAT), di Malang. Kami 'ngomong2 tentang Allah agak lama, sambil menyebutkan referensi buku2 theologi', tiba2 Pdt. NochMoningkaberkata,"Dari tadi kita membicarakan Allah, 'sok tahu' tentang Allah, dan Allah di 'atas' sana jangan2 Allah sedang menertawakan kita." Beliau merujuk ke Kitab Suci, "Dia, yang bersemayam di sorga, tertawa" (Mazmur 2: 4). Kita memang 'diajarkan' (baca: diperintahkan) untuk melaksanakan firman Allah - yang adalah petunjukNya - dan bukan untuk 'ngrasani' (baca: membicarakan) Allah. "Nyuwunngapuntennggih, Gusti". Semoga semua umat berbahagia. Salam. Rahayu.

Leong putu

Cerbung Diam. ----------------------- Sore itu, niat saya mau pinjam Hp istri secara sembunyi² untuk melihat harga sebuah produk, di satu toko online terkemuka. Ting...ting... Terdengar suara notifikasi WA, disusul icon WA setelahnya. Tingak-tinguk sebentar, terpantau situasi aman. Istri lagi mandi. Biasaya lama. Saya buka, saya lihat dari Nora, penasaran saya buka. Lalu saya baca isi percakapan di dalamnya. Isinya sebagai berikut : Nora :" jeng...aku nanti malam main ke rumahmu ya...aku lagi suntuk nich...". Istriku :"kok tumbenanjeng, main kok malam²?". Nora :" iya jeng...ini lho... anu..biasa... Aku habis bertengkar, hebat. Si Mas sampai lempar² barang. Aku takut jeng...". Istriku :" hmmmmmm...". Nora :"kamu beruntung jeng...punya suami ganteng, baik hati dan sabar...". Istriku :"hmmmm...ya ndaklahjeng... Aku ya kadang bertengkar, cuma suamiku kalau marahan seringnya diam jeng...". Nora :"hmmm...enak kamu jeng..." Istriku :"..ya gak enak jeng... Boros sampo..kalau malam dingin jeng..". Nora :"lhaaaa....kok ??????". Istriku :"xixixixixi....iya jeng... Suamiku kalau lagi marahan, pasti diam.... Diam - diam minta jatah maksudnya....jadi basah deh...". Nora :"$#@&®©£€¥.....". .... .... --Tamat------

CheiSamen

Inayahudahmembawak diri / Dari Borgamnyebrang ke Kota Tinggi / Lagi nunggu Mas Dur pujaan hati / Tak kunjung mnikah hingga hari ini.

Lukman bin Saleh

Saya tumbuh di keluarga dan masyarakat yg menganut Islam tradisional. Kemudian saat kuliah, saya banyak diterpa pemikiran2 liberal. Tapi dua hal ini tak membuat perhatian saya luput dari kelompok salafi. Kelompok salafi dalam artian luas. Salafi. Saya mengagumi beberapa karakter mereka yg menonjol. Umumnya mereka jujur, dapat dipercaya, karena lebih mementingkan akhirat daripada dunia. Cara berpakaian atau gaya hidupnya sederhana. Kalau dia mahasiswa, maka mereka tidak sungkan ke mana2 menggunakan sepeda pacal. Di saat mahasiswa lainnya berlomba2 memiliki sepeda motor. Intinya banyak karakter2 mereka yg saya kagumi. Tp terlalu panjang jika diuraikan di sini. Suatu hari saya coba ikut tarawih di masjid mereka. Sebagai Muslim tradisional tentu banyak perbedaan yg saya rasakan. Mulai dari Fatiha tidak pakai basmalah, jumlah rakaat tarawih, dan seterusnya. Semua saya lalui dg biasa saja. Karena saya juga sudah tau teorinya. Sampai pada saat acara makan bersama. Di sebuah nampan besar. Dikerubungi bersama-sama. Ampuuun... sampai di sini saya mundur. Saya tidak bisa. Ceramah-ceramah atau kajian2nya juga membuat saya mengantuk. Bagi saya terlalu garing dan kaku. Sejak saat itu saya merasa hanya mampu menjadi pengagum Salafi. Tanpa mampu untuk menjadi bagian darinya. BiarlahSalafi itu bagai bunga indah bagi saya. Cukup dilihat dan dinikmati dari jauh. Tanpa harus menyentuhnya...

RigihBayuRatri

Kategori :