Siapa Membunuh Putri (14) – Edo Terpedo

Sabtu 17-09-2022,05:10 WIB

RihlatulUlfa

jika otak yg begitu berharga ini tidak digunakan sebaik-baiknya. bisa jadi kita akan terus menyalahkan setan. waspadalah

Ahmad Zuhri

Jika setan tidak bisa membuatmu jahat.. maka setan akan membuatmu merasa paling pintar dan paling benar.. Waspadalah..

Fenny Wiyono

Saya heran dgn org yg suka mengomentari "keagamaan" seseorg apalagi di depan umum. Agama itu urusan sangat pribadi manusia dgnTuhannya kenapa harus di campuri, di komentari apalagi di hakimi. bukankah itu seperti anda mengomentari rumah tangga tetangga hanya dari lihat baju dalam yg sedang di jemur di tali jemuran?? 

DodikWiratmojo

Sepertinya bukan keyakinan yang menghambat majunya suatu bangsa, tapi kepemimpinannya,jika personal tergantung kemauan kerja keras ikhtiar seseorang.. Sesuai ajaran nabi dan islam, muslim di anjurkan memaafkan seseorang jika berbuat salah, inilah yang dimanfaatkan kaum liberal/penghina/pembenciislamdll supaya lolos dari hukum, cukup minta maaf, beda dengan mereka jika dihina, mereka pasti mempidanakan,dan pasti akan mengulang2 lagi krn merasa aman . ganjar harus memilih orang2 yang bersih kl mau menang, bukan mulutnya yang kotor dan pembenci seperti ekok, krn mayoritas indonesia adalah muslimin

fajar rokhman

dua sisi kebenaran siapa yang bicara dan apa yang dibicarakan. Minta maaf bukan karena apa yang dibicarakan, tapi karena yang bicara siapa. Jadi minta maafnya ke orangnya, bukan ke apanya. padahal yang dihina adalah apanya.

Graha Souvenir

Tolol ma dungu sering kita dengarkan... secara normal klo kita mengatakan itu kita hrsdlm kondisi marah, klodlm suasana damai berarti org itu punya penyakit

Komentator Spesialis

Kalau soal maaf memaafkan itu silahkan. Karena selama yang dihina itu bukan Allah dan Rosul Nya, bukan Islam, dianjurkan untuk memaafkan. Tetapi yang membuat saya heran adalah kemana kelompok atau orang orang yang spesialis pelapor itu gerangan ? Dulu kita malah hafal, selalu muncul "pahlawan" sosok spesialis pelapor yang anda tahu sendiri siapa dia. Atau ormas yang sangat gercep melapor ketika kelompoknya dihina. Lha ini pada kemana kok hening. Tapi hening dan aman bagus sih. Cuman saya ikut berbelasungkawa kepada ustadz Maher yang dipenjara sampai meninggal. Ataupun ketabahan ahmaddani dan gusnur.

yea aina

Pak @JM. Sepulang menjalankan paragraf IV, eh.... gak ada sih. Sempat baca komentar bapak. Se7 dengan ide imajinatif, paragraf III. Lebih parahnya, pemikiran: pemahaman agama yang sempit (distigma fanatik) sebagai penghambat kemajuan. Digelorakan oleh orang-orang yang kiranya hanya pas-pasan saja pengetahuan tentang agama, bahkan mungkin agama yang diyakininya sendiri juga. Bagaimana mungkin diagnosa bisa tepat, kalau perumusan masalah saja tidak dipahami? Beda kalau motifnya "persuasif politik", asal dianggap kompetitornya, hampir pasti distigma negatif. Agama bagi masing-masing pemeluknya, otomatis menjadi identitas pribadinya. Kiranya sedikit aneh, ada ajakan "menanggalkan" identitas disaat kita wajib menunjukkan keberpihakan di saat pencoblosan pemilu. Kecuali, bila konstitusi telah menghapus kolom "agama" di KTP kita.

Kategori :