Polda Jabar Jelaskan Perkembangan Kasus Bully Murid SD di Tasik, Apakah Ada Orang Dewasa Terlibat?

Senin 25-07-2022,08:10 WIB
Editor : Usep Saeffulloh

Sementara itu Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jawa Barat menyayangkan adanya peristiwa bullying murid SD hingga korban  meninggal dunia di Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya.

Manager Program LPA Jabar Diana Wati menuturkan, peristiwa tersebut sangat ironis di tengah perkembangan digital seperti sekarang, masih ada perundungan hingga menghilangkan nyawa seseorang. Terlebih, kejadian ini dilakukan anak di bawah umur.

BACA JUGA: Polda Jabar Akan Umumkan Hasil Penanganan Kasus Bullying Anak di Tasikmalaya yang Berujung Maut

"Kami sedih ada ironis. Anak-anak jadi korban terkait dengan bully bahkan sampai ke arah diminta untuk melakukan hubungan yang tidak seharusnya, terutama dengan binatang," kata Diana dikonfirmasi JPNN.com, Kamis, 21 Juli 2022.

Diana menambahkan, kasus ini seharusnya menjadi pembelajaran bagi orang tua untuk meningkatkan kepekaan terhadap kekerasan pada anak. 

"Ini barangkali menjadi pelajaran berharga buat kita semua selaku warga masyarakat agar lebih peduli lagi dan memberi pelajaran bagi anak-anak terkait dengan bagaimana untuk katakan tidak pada kekerasan," jelasnya.

Menurut Diana, sejak awal tahun 2022, LPA Jabar sudah menerima kurang lebih 26 kasus pelecehan seksual. 13 di antaranya melibatkan anak-anak. 

Angka ini cukup mengkhawatirkan sebab perlindungan pada anak di bawah umur khususnya yang masih kurang.

"Laporan ke kami dari Januari sampai bulan ini untuk pelecehan seksual kurang lebih sebanyak 26 kasus. Ada di beberapa wilayah dan kasusnya itu melibatkan 13 anak," jelas dia.

Ia menjelaskan, banyak faktor penyebab perundungan pada anak kerap terjadi. 

Pertama, kurangnya informasi pada orang tua akan bahaya perilaku bullying yang diterima korban atau dilakukan pelaku. 

Anak pun perlu diberi informasi mengenai pentingnya berani berbicara kepada orang tua apabila dirasa menerima perilaku tidak senonoh. 

"Faktor bullying terjadi semakin marak, barangkali anak-anak tidak diberikan pengetahuan terkait bagaimana untuk katakan tidak untuk menjadi pelaku atau korban kekerasan," ujarnya. 

Ia mengungkapkan, sebelum kasus ini terjadi, pihaknya pernah menerima laporan serupa soal perundungan. 

"Kasus seperti ini di Tasik, kami sudah punya dua kasus yang masuk ke kami tetapi tidak sampai meninggal dunia karena cepat dilaporkannya hingga kami bisa menindaklanjutinya dengan cepat," ucapnya.

 

Kategori :