"Kami turun langsung. Supaya mereka tahu, bahwa ada hak-hak mereka yang harus dipenuhi," tambahnya.
Fajar memberi contoh, apabila sang anak menjadi korban kekerasan, diupayakan mesti melapor ke pihak berwenang.
"Dan ini kami mengedukasi mereka, semoga paham terkait kekerasan dan hak mereka," ujarnya. "Biar tahu juga, kalau mereka harus ngapain kalau diajak orang asing. Supaya tidak hanya menjadi korban,” tambah dia.
BACA JUGA:Tekan Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak, Jawa Barat Kampanyekan Jabar Cekas
Bersamaan, Wakil Ketua FKAKB, Ashfiya menjelaskan, selain kekerasan terhadap anak, terdapat kasus perkawinan anak yang mesti juga jadi sorotan.
Terlebih menurutnya, pascapandemi menyebabkan kasus pernikahan di bawah usia dini melonjak.
"Sehingga menyebabkan banyak anak yang putus sekolah dan tidak mau belajar," jelasnya.
Bahkan, dia melanjutkan, tidak sedikit keturunan mereka yang mengalami masalah stunting. Lantaran kondisi kesehatan.
Maka, Ashfiya berharap, kegiatan yang memang rutin dilakukan tiap tahun ini dapat membawa perubahan. Setidaknya, masyarakat bisa lebih 'aware' terhadap ancaman kekerasan di tengah anak-anak.
Artikel ini telah tayang di radarjabar.com dengan judul: FKAKB Respons Kasus Kekerasan terhadap Anak