SRI LANKA, RADARTASIK.COM - Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa dilaporkan harus meninggalkan kediamannya di ibu kota, Kolombo ketika didatangi ribuan pengunjuk rasa.
Ribuan orang menuntut pengunduran diri Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa di tengah krisis ekonomi terburuk sejak 1948, mereka lalu mengepung komplek kediamanya dan menuntut pengunduran dirinya.
Sebuah sumber lokal mengatakan kepada AFP pada hari Sabtu 9 Juli kepala Negara "dikawal ke tempat yang aman," dan pasukan melepaskan tembakan peringatan untuk menjaga pengunjuk masuk.
BACA JUGA:Sri Lanka Bergolak! Ribuan Demonstrans Marah dan Serbu Rumah Presiden
Sumber Kementerian Pertahanan mengatakan Rajapaksa telah dibawa ke lokasi lain pada hari Jumat 8 Juli menjelang rapat umum yang direncanakan selama akhir pekan.
Upaya pasukan keamanan untuk mencegah demonstran memasuki kediaman presiden tampaknya gagal, kata seorang saksi mata kepada outlet media.
Rekaman yang diterbitkan oleh saluran TV lokal NewsFirst menunjukkan pengunjuk rasa dengan bendera Sri Lanka di tangan memaksa masuk ke kompleks.
Siaran langsung Facebook dari dalam kediaman juga menggambarkan para demonstran menyerbu gedung.
Kerumunan 100.000 demonstran diyakini telah berkumpul di sekitar kediaman presiden di tengah krisis ekonomi terburuk negara itu sejak 1948.
Menurut laporan media, sampai saat ini 33 orang terluka dan dua pengunjuk rasa dilaporkan dalam kondisi kritis.
Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe telah mengadakan pertemuan darurat para pemimpin partai politik dalam upaya untuk menyelesaikan krisis, menurut laporan media India.
Ranil Wickremesinghe rupanya juga meminta juru bicara itu untuk memanggil parlemen negara itu.
Sri Lanka berada dalam cengkeraman krisis bahan bakar dan pangan yang disebabkan oleh konsekuensi dari pandemi Covid-19 dan menyebabkan penurunan pariwisata sehingga kekurangan mata uang asing.
Akibatnya Sri Lanka tidak mampu membayar impor dan negara itu tidak dapat lagi meminjam dana dari investor asing.
Krisis terbaru telah memicu protes di seluruh negeri, yang telah berlangsung selama berbulan-bulan, terutama di ibu kota Kolombo.
Dikutip dari Russian Today, para pengunjuk rasa menuntut pengunduran diri Presiden Gotabaya Rajapaksa karena salah urus negara.