PENGISIAN wakil wali Kota Tasikmalaya tidak hanya menjadi perhatian serius elite politik. Kalangan pemuda pun turut berpendapat dan menyampaikan harapan, figur seperti apa yang dinilai tepat mendampingi H M Yusuf di sisa periode ini.
Sekretaris Karang Taruna Kota Tasikmalaya Arief Abdul Rohman menginginkan pendamping HM Yusuf nantinya berasal dari kalangan muda. Sehingga bisa membantu tugas wali kota, dalam waktu yang tidak terlalu lama menjelang akhir periode jabatan. “Apabila dikehendaki adanya wakil wali kota, kita menginginkan dari kalangan muda,” ujar Arief kepada Radar, Jumat (5/3/2021).
“Kota Tasik begitu dinamis, setiap sendi kehidupan dan perubahannya terbilang cepat dibanding daerah lain. Maka perlu figur dengan mobilitas tinggi untuk membantu tugas kepala daerah,” katanya.
Dia menilai kalangan muda tentu bisa menjadi katalisator kebutuhan kelompok milenial, yang selama ini belum terberdayakan. Saat ini elemen milenial belum terangkul melalui sejumlah program pemerintah. Padahal, potensi yang ada tersebut, bisa didorong untuk kemajuan daerah dan berkontribusi lebih luas tidak hanya di segelintir komunitas. “Kita yakin, dengan figur muda bisa berbagi peran dan tugas yang tujuannya untuk membangun daerah semakin baik,” harap pegiat sosial yang aktif di sejumlah organisasi itu.
Terpisah, Wakil Ketua DPD KNPI Kota Tasikmalaya Abdullah Ahyani mengharapkan hal serupa. Figur muda akan lebih memiliki akselerasi dalam merampungkan janji politik yang disusun kepemimpinan periode ini. Visi misi yang dicanangkan Budi-Yusuf merupakan tanggung jawab berat apabila harus dipikul seorang kepala daerah saja.
“Maka dalam mengimbangi peran tersebut, patutlah figur muda yang tampil. Silakan, kita tidak bermaksud mengintervensi koalisi sebagai pemilik hak penuh penentuan figurnya nanti,” kata dia.
Ketua Pordasi Kota Tasikmalaya tersebut mengungkapkan, diisinya kursi wakil wali kota tidak hanya sebatas mengisi kekosongan jabatan. Lebih luasnya, merampungkan target pembangunan yang kian terpuruk dihantam Pandemi Covid-19. Kemudian membangun dan menuntaskan persoalan daerah demi kesejahteraan masyarakat.
Ia menganalisa pekerjaan rumah pemkot saat ini, adanya birokrasi yang kaku dan perlu dievaluasi. Sebab, tidak dimungkiri beberapa waktu lalu sempat terjadi kehebohan di masyarakat, akibat perilaku dan pelayanan yang terjadi dari internal pemkot.
“Artinya Pak Yusuf butuh pendamping yang memahami etika komunikasi birokrasi, mengetahui kualitas dan kapasitas pegawai dalam memimpin pemkot secara keseluruhan,” harap dia.(igi)