"Ini sekarang terbuka loh bagi pelaku industri kreatif yang bergerak dalam bidang ilmu komunikasi, yang selama ini alamiah atau sendiri-sendiri tanpa ada pendampingan," ungkap Prof Dr Atie Rachmiatie.
Saat ini, kata Prof Dr Atie Rachmiatie, konten kreatif itu harus mengandung edukasi selain hiburan. Termasuk harus bisa menginformasikan potensi lokal yang sebetulnya ingin diketahui banyak orang.
"Apalagi Priangan Timur ini sangat kaya potensi itu dan belum diketahui banyak orang, misalnya Kota Santri bisa dibuat oleh konten kreator sehingga betul-betul diketahui oleh masyarakat luas," ujar Prof Dr Atie Rachmiatie yang juga asal Tasikmalaya ini.
Salah satu potensi agar Kota Tasikmalaya ini terlihat Kota Santrinya, kata Prof Dr Atie Rachmiatie, yakni menampilkan kehidupan pesantrennya dan menarik untuk orang luar Kota Tasikmalaya.
"Karena cukup banyak sisi lainnya, seperti pesantren memiliki ekonomi kreatif yang bagus dan kainnya," kata Prof Dr Atie Rachmiatie.
Di samping itu, media mainstream pun harus menjadi mall-nya bagi pelaku konten kreator nantinya akan menjadi tempat penyimpanan konten-konten kreatif yang memberikan edukasi, informasi dan hiburan.
Konten kreator juga harus memenuhi etika yang dituangkan dalam regulasi.
"Makanya saat ini melalui PKM kita berikan pengetahuan itu, secara teknis bagaimana mereka menjadi kreator yang berkualitas," jelas Prof Dr Atie Rachmiatie. (ujang nandar / radartasik.disway.id)