radartasik.com, RAJAPOLAH, RADSIK - Puskesmas Rajapolah menggelar acara orientasi kader Posyandu dengan tema analisis pemantauan pertumbuhan balita. Tiga poin yang disampaikan dalam upaya peningkatan kapasitas dan program akselerasi penurunan angka stunting melalui pemberdayaan masyarakat di Kecamatan Rajapolah.
Kepala Puskesmas Rajapolah Mia Sofia SST SKM mengatakan, kegiatan orientasi kader Posyandu ini dalam upaya peningkatan kapasitas dan program akselerasi penurunan angka stunting di Rajapolah. Ada tiga komponen yang disampaikan, yakni penggunaan aplikasi elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM). “Aplikasi e-PPGBM ini merupakan pencatatan dan pelaporan berbasis masyarakat dengan teknologi elektronik. Jadi hasil kegiatan pemeriksaan tumbuh kembang balita dimasukkan ke aplikasi, langsung setelah kegiatan,” terang Mia kepada Radar, kemarin.
Selanjutnya poin kedua yang disampaikan, jelas dia, adalah perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) kepada para kader Posyandu untuk disampaikan kembali kepada masyarakat. “Karena perilaku hidup bersih dan sehat, menentukan derajat kesehatan masyarakat. Yang ditentukan dengan perilaku hidup sehat dan menjaga lingkungan yang berperan besar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, termasuk dalam menekan kasus stunting,” paparnya.
Dia menambahkan, untuk poin ketiga, disampaikan Permenkes Nomor 3 Tahun 2014, tentang lima pilar STBM yakni meliputi Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBABS). Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), Pengelolaan Air Minum Makanan Rumah Tangga (PAMMRT), Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PSRT) dan Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLCRT).
“Jadi kita sampaikan, kepada kader Posyandu agar mengetahui indikatornya dengan mengimplementasikannya untuk menekan angka stunting di Kecamatan Rajapolah,” tambah dia.
Kepala Tata Usaha KTU Puskesmas Rajapolah Purkon Zaenal Aripin SIP menambahkan, untuk prevalensi stunting di Kabupaten Tasikmalaya mencapai 16 persen. “Sementara untuk di Kecamatan Rajapolah ada 16,4 persen dan untuk target nasional pada tahun 2024 prevalensi stunting bisa mencapai angka 14 persen,” ujarnya menambahkan. (dik)