radartasik.com, UNIT Perlindungan Perempuan Anak (PPA) Satreskrim Polres Tasikmalaya mempertemukan kedua orang tua yang anaknya menjadi korban dan pelaku dalam video perundungan yang telah beredar, Selasa (29/3/2022).
Kepolisian proaktif mengarahkan ke restorative justice agar kedua belah pihak memilih jalan islah dan diselesaikan secara kekeluargaan. Sementara kondisi korban masih belum bersekolah karena masih trauma dan didampingi KPAID Kabupaten Tasikmalaya.
“Dan hari ini kita sudah undang beberapa pihak, salah satunya kedua keluarga yang anak nya melakukan perundungan dan keluarga korban. Kita periksa, kita upayakan dengan KPAID juga untuk melaksanakan musyawarah dan dua keluarga islah,” ungkap Dian kepada wartawan di Mako Polres Tasikmalaya.
Menurutnya, kondisi korban saat ini masih mengeluhkan sakit dan pusing, sekarang masih dirawat di rumah. Dan korban sedikit mengalami trauma, sehingga dilakukan terapi dan pendampingan oleh KPAID.
“Yang jelas dari kasus ini kita sudah ada aturan dari bapak Kapolri, untuk lebih kepada restorative justice. Jadi kita akan kedepankan restorative justice kepada para pihak,” ujarnya.
Kepala SDN tempat korban dan pelaku video perundungan, Jaka Sumpena mengatakan kronologis kejadiannya pihak sekolah sedang mengadakan kegiatan try out.
Dia menambahkan, kepala sekolah tempat kedua anak tersebut belajar pun dipanggil. Walaupun sebelumnya kedua keluarga islah diselesaikan secara kekeluargaan.
Namun Unit PPA bersama KPAID Kabupaten Tasikmalaya memberikan pemahaman dan pendampingan kepada korban yang mengalami trauma. Dan masalahnya diselesaikan secara kekeluargaan.
Sementara itu, guru kelas enam pada saat itu tengah izin membereskan persyaratan surat-surat untuk berangkat umrah, maka digantikan sementara oleh guru kelas lima.
“Kemudian ketika kejadian, guru kelas lima tersebut sebentar mengawas di kelas lima. Sehingga pada saat itu, siswa kelas enam tidak ada guru dan terjadilah kejadian perundungan tersebut,” ungkap dia.
Kemudian, lanjut dia, siswa kelas enam atau pelaku menurut guru ketika belajar sering izin keluar kelas dan iseng kepada temannya. Sementara itu, anak perempuan yang menjadi korban sendiri sebenarnya baru masuk sekolah karena sebelumnya izin sakit.
“Pas kejadian ditekel mengalami pusing dan sampai sekarang belum masuk sekolah sedang proses pengobatan. Sakitnya pusing, dan sudah di-scan dibawa ke dokter syaraf ke RSUD SMC dan hasil nya tidak ada yang perlu diobati. Korban alami trauma,” ujarnya.
Dia menambahkan, keluarga korban dan pelaku sudah dipertemukan dan islah. Sekarang sudah diselesaikan secara kekeluargaan di Unit PPA Polres Tasikmalaya.
“Kalau anaknya sudah dipertemukan satu hari setelah kejadian itu juga. Iya memang kita akui ada anak yang merekam menggunakan HP. Itu juga kita lolos pengawasan ada siswa yang bawa HP,” tutur dia.
Namun, pada waktu itu, guru sedikit sibuk selain sedang try out juga guru kelasnya izin. Intinya sekolah sudah mengimbau kepada orang tua agar anaknya tidak membawa HP.
Kategori :