radartasik.com, BANDUNG — Pemerintah Provinsi Jawa Barat berupaya mengatasi masalah persampahan lewat sejumlah terobosan. Salah satunya dengan pembinaan masyarakat melalui pengembangan bank sampah.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan perlu ada perubahan paradigma pengelolaan sampah yang mengakar dan terpadu dari hulu ke hilir.
”Agar dapat memberikan manfaat ekonomi, sumber daya dan lingkungan yang lebih sehat,” katanya dalam peringatan Hari Sampah Nasional (HSN) 2022 di Bandung, Selasa (8/3/2022).
Dalam sambutan yang dibacakan Asisten Daerah Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setda Jabar Taufiq BS, gubernur mengatakan pertambahan jumlah penduduk, perubahan konsumsi masyarakat hingga pandemi Covid-19 membuat timbulan sampah di Jabar makin bertambah.
”Tahun 2020 jumlah penduduk Jawa Barat mencapai 49,9 juta jiwa dengan timbulan sampah yang mencapai 24,790 juta ton per hari dengan komposisi sampah sisa makanan, plastik dan kertas karton,” tuturnya.
Sumber utama sampah plastik, menurutnya, berasal dari kemasan (packaging) makanan dan minuman, kemasan consumer goods, kantong belanja, serta pembungkus barang lainnya.
”Dari total timbulan sampah plastik, yang telah didaur ulang diperkirakan baru 10%-15%. Sisanya, sebanyak 60%-70% ditimbun di TPA, dan 15%-30% belum terkelola dan terbuang ke lingkungan,” katanya.
Di acara yang sama, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jawa Barat Prima Mayaningtyas mengatakan sampah di Jawa Barat masih menjadi persoalan pelik mengingat tingginya produksi sampah.
”Soalnya dalam satu hari ada 24 ribu ton sampah ada di Jabar harus kita selesaikan. Sementara (target) pengurangan yang 30 persen di antaranya 2025 kenyataannya sekarang baru 5 sampai 10 persen harus kita kurangi,” katanya.
Menurutnya, angka 24 ribu ton/hari harus segera diselesaikan, terutama dari sumbernya yang banyak berasal dari rumah tangga. Dari TPS Sarimukti saja, menurutnya, sampah Bandung Raya mencapai 2000 ton/hari.
”Jadi, kita tidak hanya memperingati HSN, tapi kita berharap kepedulian masyarakat untuk membantu menyelesaikan urusan sampah ini. Kita yang produksi sampah, kita juga yang menyelesaikan,” katanya.
Prima berharap salah satu kepedulian masyarakat mengolah sampah dihadirkan dengan menggandeng bank sampah yang jumlahnya di Jabar terus bertambah. ”Sudah 1.616 bank sampah di Jabar menyelesaikan juga pemilahan sampah dan digunakan kembali,” katanya.
Menurutnya, keberadaan bank sampah bisa menghadirkan siklus ekonomi namun karena warga di level RT belum berkoordinasi secara terpadu. Apalagi, keberadaan bank sampah kini ditopang adanya sejumlah aplikasi digital pengelolaan sampah.
”Kami berkolaborasi dengan platform digital, ada Octopus, Greeny, Pointtrash, MySmash, dan lainnya. Masyarakat bisa menggunakan aplikasi digital itu untuk mengelola sampahnya,” ujarnya.
Prima berharap keberadaan bank sampah yang kini sudah terhimpun dalam Asosiasi Bank Sampah Indonesia bisa mengelola sampah hingga 30 persen. Saat ini bank sampah baru sanggup mengelola 10-15 persen sampah.
”Kami sediakan bank sampah itu kalau bisa RT ada koordinasi dengan bank sampah setempat kita udah, sebar dan coba koordinasi dan apalagi ada aplikasi hanya saja siapa yang koordinasi,” ujarnya.
Kategori :