Radartasik.com, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mendapatkan data lima varian virus termasuk Subvarian Omicron yang mendapatkan perhatian khusus, karena tingginya kasus penularannya.
Subvarian Omicron atau BA.2 disebut juga varian siluman karena sulit terdeteksi lewat tes PCR. Hal itu menjadi tantangan bagi kalangan ahli kesehatan.
“WHO sedang memantau BA.2 untuk melihat apakah subvarian menyebabkan peningkatan infeksi baru di negara-negara yang mengalami peningkatan pesat dan kemudian penurunan tajam dalam kasus Omicron,” kata Pimpinan teknis Covid-19 WHO, Maria Van Kerkhove.
Laporan Times of India sedikitnya terdapat dua gejala yang terkait dengan siluman Omicron. Pertama, sesuai laporan, pusing atau vertigo adalah salah satu tanda awal infeksi yang disebabkan oleh subvarian Omicron.
Kedua, para ahli juga mengatakan gejala lainnya adalah kelelahan terjadi pada infeksi subvarian Omicron. Dokter Afrika Selatan, dr. Angelique Coetzee, yang pertama kali menemukan varian Omicron juga mengaitkan kelelahan dengan varian ini.
Subvarian Omicron diyakini akan menimbulkan gejala ringan sebagai varian induknya. Gejala umum yang terkait dengan infeksi yang disebabkan oleh siluman Omicron adalah pilek, tenggorokan gatal, sakit kepala, kelelahan, bersin, nyeri tubuh, keringat malam, kehilangan nafsu makan, dan muntah. Orang juga bisa mengalami pingsan, kemacetan, kabut otak, ruam kulit, konjungtivitis.
“Sementara penelitian masih berlangsung, tidak ada indikasi perbedaan tingkat keparahan infeksi yang disebabkan oleh salah satu subvarian,” kata Van Kerkhove.
Para peneliti di Denmark telah menemukan bahwa BA.2 sekitar 1,5 kali lebih mudah menular daripada BA.1. Namun, orang yang divaksinasi lengkap lebih kecil kemungkinannya untuk menyebarkannya daripada yang tidak divaksinasi. Subvarian Omicron juga memiliki kemungkinan menginfeksi ulang.
Covid-19 subvarian Omicron BA.2 dipastikan lebih menular berdasar penegasan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat.
Hanya saja, ternyata subvarian ini tak meledak di AS, melainkan hanya 4 persen dari kasus saat ini. Subvarian ini disebut juga sebagai varian siluman dari Omicron. Mengapa?
Data dari CDC yang diperbarui pada Selasa (8/2/2022) menunjukkan bahwa BA.2 di AS tidak seperti negara-negara Eropa seperti Inggris dan Denmark. Di Eropa, varian siluman melonjak di seluruh negara.
Seorang ahli bioinformatika dan ahli SGTF dr. Pavitra Roychoudhury, mengatakan kepada Daily Mail,
BA.2 mendapatkan julukan siluman karena sulitnya melacaknya lewat tes PCR. Meski demikian, para ahli kesehatan memastikan bahwa BA.2 tidak mengkhawatirkan seperti namanya.
Tidak seperti BA.1, BA.2 tidak memiliki beberapa indikator yang memungkinkannya terdeteksi dalam praktik pengurutan yang kurang spesifik. BA.2 bisa menyebabkan kegagalan target gen lonjakan (SGTF).
Kategori :