Radartasik.com, JAKARTA - Indonesia sudah mencatat 68 kasus Covid-19 varian Omicron sampai Rabu (29/12/2021). Paling banyak berasal dari perjalanan ke luar negeri. Terutama sepulang dari Turki, Inggris dan Uni Emirat Arab.
Dalam Podcast Deddy Corbuzier, baru-baru ini, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bagaimana proses varian Omicron ke Indonesia. Paling banyak ternyata mereka yang memiliki perjalanan dari Turki.
”Omicron sudah masuk paling banyak dari Turki. Lalu London dan UEA. Rupanya banyak masyarakat kita suka liburan ke Turki saat ini. Di London kan sedang tinggi dan itu Eropa sama dengan Turki,” kata Menkes Budi Gunadi Sadikin kepada Deddy Corbuzier.
Untungnya, kata dia, kasus-kasus Omicron ditemukan saat di wilayah karantina dan pintu masuk internasional. Namun dia menegaskan, sistem dan pengawasan karantina pasti bisa saja jebol.
”Beruntung ketemunya di karantina. Ketangkap di karantina. Tapi sehebat-hebatnya karantina kita, suatu saat akan ada yang lolos. Jebol juga,” ungkap Budi Gunadi Sadikin.
Menkes Budi meminta masyarakat mewaspadai 3 hal sesuai keputusan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). WHO mengkategorikan varian memiliki tingkat bahaya itu berdasar 3 hal ini. Apa saja?
Penularan varian itu seberapa cepat. Omicron paling cepat. Setiap dua hari akan terjadi penularan double atau ganda, lebih dari 2 hari sebelumnya. Dan terbukti tinggi di London, Inggris.
Escape Immunity
Kemampuan sebuah varian menangkal vaksin. Dalam penelitian atau jurnal, sebanyak 76 persen Omicron bisa menular pada mereka yang sudah vaksin 2 kali.
”Jurnal sudah cukup lengkap bahwa sebagian besar vaksin, Pfizer, Moderna turun semuanya efikasinya. Dan bisa juga menulari mereka yang sudah terinfeksi,” ujar Budi Gunadi Sadikin.
Menkes Budi menyebutkan kemungkinan besar tingkat keparahan varian Omicron yakni antara 25—50 persen lebih mild atau ringan daripada Delta. Namun tetap saja wajib waspada berkaca dari Afrika Selatan.
”Kami sampai telepon orang Afrika Selatan, ternyata kasus di RS belum terlihat naik minggu pertama. Tunggu sebulan lagi baru kemudian melonjak. Nah lalu angka pasien di RS juga naik. Kemudian angka kematian naik setelah pasien sebulan masuk RS. Maka Omicron ini bisa menyebabkan 40 persen lebih peak atau tinggi orang masuk RS dibandingkan Delta,” ujarnya.
”Kita harus waspada tetapi juga jangan paranoid,” ucap Budi. (jpc)