radartasik.com KOTA TASIK - Stok telur ayam di Kota Tasikmalaya saat ini sedang melimpah. Namun permintaannya sedikit. Hal itu menyebabkan harga jualnya pun menurun.
Berdasarkan catatan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Tasikmalaya, harga telur per kilogram saat ini Rp14.900.
"Harga telur ayam terus menurun. Ini laporan terakhir, telur dari peternak lokal itu harganya Rp14.900 per kilogram sebelumnya Rp18.000. Sedangkan harga telur dari Blitar Rp14.000," ujar Kepala DKP3, Tedi Setiadi kepada radartasik.com, Rabu (29/09/21).
Sedangkan dijual oleh pengecer di Kota Tasikmalaya harganya Rp18.000 hingga Rp19.000 per Kg. Meski demikian, penjualannya di pengecer menurun.
"Kemudian kita bertanya kepada para penjual di pasar, apa yang menyebabkan harga telur itu menurun. Kata mereka karena kondisi pandemi saat ini yang diberlakukan PPKM. Tapi kata mereka lebih baik saat PSBB," terangnya.
"Kita kan bingung, kenapa? Karena kata mereka dulu waktu PSBB dikasih bantuan uang tunai sehingga masyarakat bisa langsung menggunakan uang itu untuk membeli telur," sambungnya.
Jadi, beber dia, saat itu daya beli tetap hidup. Kalau saat ini selama diberlakukan PPKM itu kan masyarakat diberi barang berupa sembako.
"Nah harapan pedagang telur agar pemerintah memberi sembako itu kalau berupa telur ya telurnya lokal. Kalau beras ya beras lokal di sini. Jadi daya beli tetap normal," bebernya.
Dalam istilah pihaknya, tambah dia, produksi telur lokal itu banyak tapi permintaan sedikit. Kenapa permintaan sedikit, karena hal tadi yaitu barangnya banyak.
"Kemudian saat ini harga pakan naik. Contohnya harga pakan jadi itu Rp340.000 per karung. Biasanya kan Rp285.000. Kemudian bagaimana kebutuhan telur di kita, jumlah perbulan itu 464 ton," tambahnya.
Sedangkan kebutuhan pertahunnya di Kota Tasikmalaya 5.565 ton. Prognas di Kota Tasik sekitar 116 ton. Pasokan dari luar wilayah masih tergantung dari Blitar rata-rata 358 ton.
"Jadi kita baru bisa memenuhi 30 persen. Maka kita kesulitan untuk mendorong para peternak telor. Karena wilayah kita sudah padat penduduknya. Berbeda dengan wilayah di kabupaten," jelasnya.
Jadi, tukas dia, di Kota Tasik itu kalau mau membuka peternakan telur selalu didemo warga karena bau. Jadi itu salah satu masalahnya.
"Makanya kita masih tergantung pasokan dari Blitar. Solusinya memang semoga bansos sesuai masukan masyarakat memanfaatkan produk lokal," tukasnya.
Kemudian, menurut dia, seyogyanya dalam situasi saat ini harapan pengecer mereka dapat subsidi dari pemerintah.
"Tapi kan situasi keuangan pemerintah juga dalam keadaan sangat prihatin. Hal ini jadi PR besar kami agar bagaimana para peternak harga jualnya kembali normal," pungkasnya. (rezza rizaldi/radartasik.com)