radartasik.com - SEKARANG ini terjadi krisis kontainer. Belum pernah separah ini.
Maka tidak hanya rakyat kecil yang punya persoalan. Para pengusaha besar juga menjerit —dalam hati.
Ekspor mereka terancam setengah mati. Sewa kontainer meroket. Belum pernah kenaikannya setinggi sekarang ini.
Bukan lagi puluhan persen. Ini ratusan persen. Bahkan ribuan.
Tahun lalu sewa kontainer 40 feet masih 2.500 dolar. Sekarang sudah menjadi 16.000 dolar.
Saya tidak sanggup menjadikannya dalam persen. Hati saya terlalu miris.
Bukan saja sangat mahal. Juga langka. Sulit mendapat kontainer. Bahkan sulit mendapat kapal!
Saya teringat Manado dan Gorontalo. Yang lagi semangat-semangatnya ekspor santan dan tepung kelapa.
Saya juga ingat para petambak udang se-Indonesia. Juga nelayan. Dan semua pengusaha komoditas ekspor. Termasuk petani dengan orientasi ekspor.
“Ini tidak pernah terjadi dalam dunia shipping container,” ujar Charles Menaro, bos besar PT Pelayaran Meratus. “Tiba-tiba saja semester pertama 2021 jumlah cargo melonjak. Seluruh dunia,” ujar Charles.
Charles mewarisi perusahaan perkapalan Meratus dari ayahnya, Hen Menaro —seorang pembina bulu tangkis beken di masa lalu. Atau dikenal juga dengan nama The Pek Siong.
Saya banyak belajar dari almarhum. Saya sering diajak ke villanya di Tretes. Di situ ia bercerita: jangan sampai bangkrut lagi.
"Bangkrut itu terhina sekali. Semua orang mengejek dan ikut menekan. Harga diri hancur," katanya.
Maka ketika Meratus sudah bisa bangkit lagi Menaro terus berhemat. Pun ketika perusahaan sudah kembali menjadi yang terbesar. Ia tetap selalu naik pesawat kelas ekonomi.
"Kalau kelas ekonomi dibilang tidak enak, jauh tidak enak ketika bangkrut,” katanya.
Orang seperti Menaro selalu menjadi pengingat agar hidup tidak harus bermewah-mewah.
Kategori :