BANDUNG — Antusiasme masyarakat dalam berinvestasi terus tumbuh secara signifikan dari tahun ke tahun.
Di Jawa Barat, peningkatan jumlah investor tersebut bahkan tetap melesat di tengah masa pandemi Covid-19.
Di akhir tahun 2018, jumlah investor saham di Jawa Barat berjumlah sekitar 134 ribu orang, angka tersebut naik menjadi 177 ribu orang di 2019. Alias meningkat 43 ribu orang dalam satu tahun.
Jumlah tersebut terus berkembang signifikan pada 2020-2021. Di 2020 saja, terdapat penambahan hingga 101 ribu investor baru di Jawa Barat.
Sementara di 2021, hanya dalam satu semester hingga akhir Juni 2021, terdapat penambahan 151.049 orang investor baru.
Jumlah tersebut menunjukan tingginya minat masyarakat Jawa Barat dalam berinvestasi.
"Antusiasme masyarakat untuk mengenal pasar modal sudah semakin tinggi. Ini adalah buah dari berbagai edukasi yang telah diberikan pada masyarakat sejak sekian tahun lalu," ungkap Kepala Kantor Perwakilan BEI Jawa Barat, Reza Sadat Shahmeini dalam bincang-bincang daring "Mengungkap Potensi Investasi di Jawa Barat saat Pandemi" yang diselenggarakan oleh IDX Channel dan bjb Sekuritas, Senin 12 Juli 2021.
Direktur Utama bjb Sekuritas, Yogi Heditia Permadi mengatakan, minat investasi yang meningkat di kalangan masyarakat juga perlu diimbangi dengan penajaman literasi masyarakat seputar pasar modal.
Terlebih untuk berinvestasi di masa pandemi, terdapat sejumlah hal yang dinilai penting untuk diperhatikan masyarakat.
Salah satunya adalah dengan lebih jeli melihat peluang bisnis yang masih terus bergeliat di tengah kondisi ekonomi secara umum yang mengalami penurunan.
"Saat pandemi ini terdapat sejumlah sektor bisnis yang masih sustain. Seperti bidang farmasi, hal yang berbau digital termasuk digital banking, juga sektor konsumsi dasar dan kebutuhan masyarakat masih bagus untuk dikoleksi. Di masa PPKM, distribusi barang dan jasa masih cukup bagus, daya beli masyarakat juga masih cukup baik," ungkap Yogi dalam kesempatan yang sama.
Tak cukup sampai di situ, dia mengatakan, masyarakat juga perlu untuk menjadikan aspek fundamental perusahaan sebagai bahan penilaian sebelum memutuskan untuk berinvestasi saham.
Mulai dari kinerja keuangan perusahaan, bisnis perusahaan, hingga posisi perusahaan yang bersangkutan dalam industri yang dijalani.
"Posisinya ada di mana, apakah market leader atau bukan, apakah pasarnya masih berkembang atau sudah decline. Kalau masih terus berkembang, berarti bagus. Kalau punya waktu yang cukup, annual report perusahaan juga sebaiknya dipelajari. Agar bisa punya gambaran bagaimana manajemen perusahaan tersebut berjalan," ungkap Yogi.
Dia mengatakan, hal tersebut penting untuk dilakukan agar investor tidak sekedar berinvestasi bagaikan "membeli kucing dalam karung".
Kemampuan analisa jangka panjang terkait kapan investor sebaiknya menanam atau menyudahi investasinya dalam suatu perusahaan tertentu akan menghindarkan dirinya dari hal-hal yang merugikan.
Kategori :