Situs Ciluncat di Sukadana Ciamis Peninggalan Kerajaan Galuh
Reporter:
andriansyah|
Selasa 15-06-2021,11:20 WIB
radartasik.com, CIAMIS — Situ Ciluncat di Kampung KB Paris, Dusun Ciparay Desa Ciparigi Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis merupakan peninggalan Kerajaan Galuh saat masa peralihan. Hal itu diungkapkan Ketua Tim Penggiat Sejarah Kecamatan Sukadana Iwang Rusniawan Aditya kepada Radar, Senin (14/6/2021).
Kata dia, Situs Ciluncat itu peralihan dari peradaban Hindu-Budha (zaman Megalitikum) ke peradaban Islam (zaman klasik). Berdasarkan tradisi lisan masyarakat, situs ini berdiri pada tahun 1.600-an.
“Situs itu merupakan jejak masa transisi tersebut karena terdapat batu peninggalan masa Hindhu-Budha. Selain itu, terdapat pula beberapa tokoh penyebar agama Islam saat masa Kerajaan Galuh yang disemayamkan di situs ini,” paparnya.
Kata Iwang batu karsuhun peninggalan zaman Hindhu Budha itu berdampingan dengan batu pangsalatan yang merupakan peninggalan zaman Islam. Menurut analisanya adalah batu karsuhun merupakan batu peribadatan zaman Hindhu-Budha. Batu tersebut ada sebelum zaman Islam, disebut batu pangsalatan karena batunya menghadap kiblat. “Ada kaitannya dengan mulainya peradaban Islam di masa Kerajaan Galuh, katanya itu merupakan tempat ibadah para tokoh penyebar agama Islam dahulu,” ujarnya.
Lanjut dia, dekat area pesawahan dalam situs ini juga terdapat batu sangkala bolong. Disebut sangkala bolong karena memiliki lubang yang di dalamnya terdapat sumber air. Konon katanya menurut masyarakat sekitar, air tersebut bisa dipakai untuk terapi peyembuhan penyakit seperti sesak nafas atau asma. Bahlan konon katanya, situs ini dinamai Situs Ciluncat karena menurut masyarakat sekitar, awalnya loncat dari kerajaan di Cirebon ke Kerajaan Galuh di sini.
“Bahkan di sini terdapat 3 blok, pertama blok batu sangkala bolong, kedua blok batu pangsalatan. Kemudian blok situs tempat bersemayamnya 3 tokoh penyebar agama Islam di masa Kerajaan Galuh,” paparnya.
Lanjut Iwang, cara penyebaran agama Islam dahulu di Sukadana dan sekitarnya lebih halus atau persuasif, sehingga masyarakat menjadi lebih simpati kepada tokoh-tokoh penyebar agama Islam. Hal itu karena tokoh-tokoh penyebar agama Islam saat itu menyebarkannya di tempat ini yang dulunya bekas penyebaran agama sebelumnya, yaitu Hindhu-Budha.
“Diketahui, tokoh penyebar agama Islam yang disemayamkan dalam situs ini adalah Kiyai Tanjung Karawang, Kiyai Sacaraga dan Raden Bagus Sutajaya,” paparnya. (isr)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: