Menghidupkan Sastra, Mengembangkan Pemikiran Kritis melalui Residensi Penulisan

Menghidupkan Sastra, Mengembangkan Pemikiran Kritis melalui Residensi Penulisan

Para peserta program Residensi Penulisan Sastra di Guest House Kebon Djati, Indihiang, Kota Tasikmalaya, Rabu 11 September 2024. ayu sabrina / radar tasikmalaya--

TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM – Ketertarikan generasi muda pada sastra semakin menurun, lebih teralihkan oleh sajian audio-visual di media sosial. 

Kondisi ini perlu menjadi perhatian karena sastra memiliki peran penting dalam budaya dan intelektual bangsa. Oleh karena itu, apresiasi terhadap karya sastra perlu terus ditumbuhkan.

Yayasan Langgam Pustaka Indonesia, melalui program Bantuan Pemerintah Bidang Kebahasaan dan Kesastraan: Penguatan Komunitas Sastra Periode II Tahun 2024 yang didukung oleh Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI, melaksanakan program Residensi Penulisan Sastra. 

Program ini berlangsung di Guest House Kebon Djati, Indihiang, Tasikmalaya, pada 8-14 September 2024.

BACA JUGA:Pesona Sendang Geulis Kahuripan, Ada Batu Merah dan dan Airnya Sangat Berkhasiat

Agus Salim, Ketua Pelaksana, menekankan pentingnya membaca karya sastra dalam mengembangkan pemikiran kritis sekaligus membentuk karakter. 

“Melalui kegiatan ini, kami berharap peserta memiliki kemampuan dalam kepenulisan sastra serta dapat menjadi agen perubahan yang berdampak positif di lingkungannya, dengan berpikir logis dan kritis, menyikapi keberagaman serta inklusi sosial secara positif,” ujarnya.

Program ini juga memperkuat peran komunitas sastra sebagai sarana pembelajaran yang meningkatkan jumlah dan mutu karya sastra. 

Ada sepuluh peserta dari berbagai komunitas sastra, literasi, perempuan, dan organisasi mahasiswa di Tasikmalaya yang turut berpartisipasi.

BACA JUGA:Kebaya Sunda dan Batik Tasikan, Warisan Tak Lekang Waktu dari Tasikmalaya

Para peserta akan menerima materi penulisan puisi dari empat sastrawan nasional, yaitu Yana S. Atmawiharja pada 9 September, Bode Riswandi pada 10 September, Acep Zamzam Noor pada 11 September, dan Tia Setiadi pada 12 September.

"Setelah menerima materi selama empat hari, peserta diminta menulis beberapa puisi untuk dievaluasi. Karya-karya tersebut akan dikurasi dan diterbitkan dalam bentuk antologi puisi," jelas Agus.

Antologi puisi hasil program ini akan didokumentasikan dan dipublikasikan melalui acara lomba baca puisi terbuka se-Jawa Barat pada 12-13 Oktober 2024.

Program Residensi Penulisan Sastra ini memberikan ruang intensif bagi peserta untuk berkarya, sekaligus memperkaya pengalaman kreatif mereka. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: