Tradisi Kaulinan Barudak Jawa Barat: Melatih Kemampuan Fisik, Rasio dan Kreativitas Anak

Tradisi Kaulinan Barudak Jawa Barat: Melatih Kemampuan Fisik, Rasio dan Kreativitas Anak

Kaulinan barudak sunda melatih kemampuan fisik, rasio dan kreativitas. Foto: tangkapan layar youtube--

Sehingga bukan saja hubungan antarindividu yang terjadi, interaksi antara individu dengan lingkungannya pun akan terjalin. 

Dan kontak serta kedekatan ini bisa menjadi medium pembelajaran bagi anak-anak akan pentingnya membangun kesadaran sosial dan menjaga kesadaran lingkungan. 

Kemampuan Paripurna

Jika dicermati, nyaris semua Kaulinan Barudak menyertakan kemampuan fisik sebagai syarat utama. Seperti lari, membawa benda tertentu hingga menggendong seorang teman (seperti dalam permainan Sorodot Gaplok). 

Kendati begitu, bukan berarti  dalam Kaulinan Barudak kemampuan-kemampuan yang lain tidak diperlukan. 

Bahkan lebih dari sekadar itu, kemampuan rasio atau berpikir dan kreatifitas justru sangat kental dan mewarnai di setiap permainannya. 

Semisal membuat strategi agar dapat menjebol gawang lawan dalam permainan Rerebonan. 

Hal ini bukan saja menuntut si anak untuk berpikir keras, tetapi juga 'dipaksa' membuat taktik baru yang inovatif serta berbeda dari permainan sebelumnya Agar tidak bisa segera ditebak oleh lawan mainnya. 

Dengan demikian Kaulinan barudak bisa melatih kemampuan fisik, rasio dan kreativitas, yang kemudian melahirkan suatu kemampuan Paripurna. 

Dalam bukunya Kreatifitas Humanitas, Primadi Tabrani menyebut gabungan ketiganya sebagai integrasi seimbang, yang pada level tertentu manusia yang menyertakan ketiganya disebut manusia penghayat, Seorang manusia penghayat adalah manusia yang berhasil mencapai integrasi keseimbangan dinamis antara kemampuan fisik, kreatif dan rasio yang dimiliki (2006:238)." 

Ketiadaan (atau kurangnya) peran salah satu kemampuan (fisik) serta lebih menitikberatkan pada kemampuan-kemampuan lainnya (Rasio & Kreatif), justru akan menghambat pencapaian mutu kreativitas itu sendiri. 

Lebih jauh, Primadi menegaskan, Mengabaikan kemampuan fisik dan hanya mengutamakan kemampuan kreatif dan rasio juga tidak cukup, sebab bagaimanapun dibutuhkan suatu fitness yang cukup untuk memungkinkan kreatifitas mencapai goodness, dan rasio mencapai correctness (2006:233). 

Dengan ketiga kemampuan yang terintegrasi ini, Kaulinan Barudak sangat berpotensi membentuk Mentalitas Kreatif yang paripurna. Inilah warisan kekayaan budaya dan seni tradisional kita. 

Adalah tugas semua elemen bangsa untuk menjaga dan memeliharanya.  Semoga dengan cinta pada budaya dan tradisi, khususnya kaulinan barudak, kita bisa membuatnya tetap hidup. 

Bukankah dengan cinta sesuatu itu bisa tumbuh dengan baik dan terpelihara? Dan kita semua tahu, tidak ada cinta tanpa pengenalan. Karena itu, mari kita mengenal seni dan budaya tradisi kita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: