Kesuksesan Transformasi BRI Buah Kepemimpinan yang Kuat

Kesuksesan Transformasi BRI Buah Kepemimpinan yang Kuat

Kesuksesan transformasi BRI buah kepemimpinan yang kuat.-BRI-

Kesuksesan Transformasi BRI Buah Kepemimpinan yang Kuat

JAKARRA, RADARTASIK.COM – Transformasi sebagai respons atas risiko strategi menjadi keniscayaan bagi korporasi untuk mempertahankan pertumbuhan berkelanjutan yang tangguh di tengah berbagai tantangan zaman. Keberhasilan transformasi pun akan ditentukan pada pucuk kepemimpinan yang kuat.

Hal itu diungkapkan Direktur Utama BRI Sunarso dalam seminar bertajuk ’Leadership in Changing Atmosphere’ yang diselenggarakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Institute, Kamis (24/8).

Sunarso menjelaskan bahwa dalam Basel III pada framework industri keuangan khususnya perbankan dalam mengelola risiko, terdapat 8 hal yang harus dikelola dengan baik.

BACA JUGA: Jika Pertalite Jadi Pertamax Green 92, Masih Kah Akan Disubsidi?

Kedelapan hal tersebut adalah risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategi, dan risiko kepatuhan. Namun Sunarso menilai, risiko paling menantang adalah risiko strategi.

”Ini risiko yang mengekspos kita dan berakibat pada gagalnya kita bersaing. Karena strategi yang kita terapkan tidak tepat, kurang tepat, atau sedikit kurang tepat, atau terlambat. Jadi, cara merespons strategic risk yang paling utama adalah kemauan kita untuk berubah. Dan itulah yang kita sebut transformasi,” katanya.

Di sisi lain, menurutnya mengelola transformasi tidak mudah. Bahkan bisa dikatakan sama dengan mengelola sesuatu yang dilematis. Sebab transformasi hasilnya dalam waktu yang relatif jangka panjang.

”Sering seorang CEO takut melakukan transformasi, karena apa? Mengejar aspirasi jangka panjang, menyelamatkan perusahaan jangka panjang, tapi mengorbankan kinerja perusahaan hari ini. Tetapi sebaliknya kalau terlalu mengejar kinerja hari ini, maka kemudian risiko strategi itu makin terakumulasi, sulit untuk bangkit. Maka ditandai dengan gagalnya sebuah korporasi,” tuturnya.

BACA JUGA: Tinggalkan Persib, Rachmat Irianto Kembali ke Surabaya Bersama 3 Pemain Persib Bandung Lainnya

Oleh karena itu Sunarso menjelaskan ada 4 syarat agar transformasi menjadi sukses. Pertama, harus jelas obyek yang ditransformasikan. BRI sendiri melakukan dua hal fundamental dalam transformasi yaitu digital dan culture sejak 2016 di mana Sunarso terlibat langsung sejak awal transformasi tersebut dilakukan.

Kedua, harus ada pemimpin yang menggerakkan dalam bertransformasi. Sunarso menekankan, dalam hal ini pimpinan tertinggi memegang peranan paling penting. Karena secara langsung mentransformasi dan mengawasi keberhasilan objek yang ditransformasikan tersebut.

”Penelitian menunjukkan bahwa leadership dan culture merupakan hal yang paling sulit ditiru oleh kompetitor. Ini yang menjadi tantangan membangun keunggulan daya saing jangka panjang,” lanjutnya. 

Ketiga, seluruh aktivitas dan aspirasi transformasi itu harus di buy-in atau dikehendaki oleh seluruh karyawan. Keempat, transformasi harus menjadi mekanisme kesisteman. Oleh karena itu, transformasi harus ditulis, disusun dalam bentuk blueprint. Kemudian dalam menyusun blueprint transformasi, manajemen memetakan kekuatan dan kelemahan perseroan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: