UPDATE; Kisah Nelayan Banten Terombang-ambing di Lautan, Kehabisan Bekal Dua Hari Tidak Makan dan Minum

UPDATE; Kisah Nelayan Banten Terombang-ambing di Lautan, Kehabisan Bekal Dua Hari Tidak Makan dan Minum

Kanit Patroli Satpol Airud Polres Tasikmalaya Aipda EF Joni saat berbincang dengan Makmur, nelayan Banten yang terombang-ambing di lautan menceritakan pengalamannya. -satpol airud polres tasikmalaya for -radartasik.disway.id

TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM – Satuan Polisi Air dan Udara (Satpol Airud) Polres Tasikmalaya terus berkoordinasi untuk memastikan penjemputan terhadap nelayan Banten, asal Kampung Jati Kawasan Muara Binuangeun, Kecamatan Malingping Kabupaten Lebak.

Update yang diperoleh Satpol Airud Polres Tasikmalaya, tim penjemputan masih dalam perjalanan. 

“Sudah ada koordinasi, baik dari Unsur TNI AL, Basarnas, termasuk Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas I Banten. Mereka sedang dalam perjalanan,” ungkap Kasatpol Airud AKP Hari Sakti, kepada radartasik.com, tadi petang. 

Kasatpol Airud menjelaskan, kondisi nelayan Banten itu terus membaik dan kini masih mendapat pengawasan dari anggotanya dan tim medis Puskesmas Cipatujah. Sebelumnya nelayan asal Kampung Jati Banten, Makmur (63) setelah enam hari terombang-ambing di lautan.

“Korban sebelumnya sempat sesak dan lemas. Kini sudah bisa diajak ngonbrol. Apalagi usianya sudah tua dan terdampar bahkan sampai kehabisan bekal dua hari tidak makan dan minum,” ulasnya.

BACA JUGA:PERSIB KUDETA PERSIJA: Kembali ke Puncak Klasemen Liga 1, Jadi Debut Manis Rezaldi Hehanussa  

Sementara Kanit Patroli Satpol Airud Polres Tasikmalaya Aipda EF Joni menambahkan, korban mulai menceritakan pengalamannya selama enam hari terombang-ambing di lautan. Kepada dirinya korban mengaku tersesat atau kehilangan arah kendali.   

Hal itu diketahui dari kapal yang digunakannya telah kehabisan bahan bakar. “Korban membawa bahan bakar 30 liter. Itu kebiasaannya saat melaut. Dan bahan bakar yang dipakai juga biasa habis 15 liter atau maksimal itu 20 liter. Nah dia sadar kesasar, itu karena bahan bakar menipis bahkan sampai habis,” ungkap Joni kepada radartasik.com saat dihubungi melalui sambung telepon. 

Sadar telah kesasar, sambung Joni, korban menghubungi keluarganya melalui sambungan telepon selular. Kala itu korban meminta bantuan. 

“Jadi setelah kehabisan bahan bakar, korban akhirnya menghubungi keluarganya. Sehingga saat itu menurunkan jangkar sambil menunggu bantuan,” kisahnya menirukan cerita Makmur.

BACA JUGA:SIMAK! Syarat RT Tidak Mampu yang Dapat BPBL Tahun 2023 

Sayangnya, sambung Joni, rantai jangkar terputus karena terpaan angin dan ombak besar. Korban kemudian mulai terombang-ambing. 

“Tapi saat itu korban masih bisa menghubungi keluarganya. Dan melaporkan kondisi terkini sampai terombang-ambing itu,” sambung dia. 

Hari demi hari dilalui Makmun sambil sesekali melepaskan tali pengikat pada sebuah karang atau yang dilintasi. Sayangnya usaha itu terus gagal. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: