Santos Lolos

Santos Lolos

--

Oleh: Dahlan Iskan

PUN di DPR Amerika, bisa terjadi hal seperti ini: seorang pembohong besar terpilih sebagai anggota DPR. Dari Dapil New York pula. Ia bukan hanya pembohong, tapi bohong di segala bidang.

Namanya: George Santos. Umur 36 tahun. Kelahiran Brasil. Punya kewarganegaraan ganda. Ia tidak lulus SMA, tapi mengaku pernah kuliah di berbagai lembaga pendidikan.

Yang membuat Santos terpilih adalah: ia mengaku sebagai orang Yahudi. Bukan kaleng-kaleng pula: ayahnya mati sebagai korban holokos. Yakni ketika jutaan orang Yahudi dibunuh di kamar gas di Jerman.

Ada lagi caranya menarik simpati pemilih: ia bilang ibunya meninggal sebagai korban serangan teroris di gedung kembar WTC New York.

Ternyata ia bukan Yahudi sama sekali. Ayahnya lahir di Brasil. Meninggal di Brasil. Tidak pernah ke mana-mana. Tidak ada hubungannya dengan Jerman sama sekali.

Ibunya ternyata juga meninggal biasa. Bahkan sang ibu baru meninggal tahun 2016. Tanggal 23 Desember. Padahal Anda tahu: teroris yang menabrakkan pesawat ke gedung kembar WTC itu terjadi tahun 2001. Tanggal 9 September.

Akhirnya terbongkar pula, ketika peristiwa teror itu melumpuhkan New York, sang ibu belum ada di Amerika.

Yang juga menghebohkan: ia mengaku pembela LGBT dan ia sendiri menyatakan diri sebagai gay. Secara terbuka. Ini agak aneh. Ia nyalon dari Partai Republik. Tapi mengaku gay. Padahal ideologi partai itu anti LGBT. Tapi karena dapilnya New York, Santos pun mencari simpati dengan mengaku gay.

Akhirnya terbongkar: ia punya istri. Sejak 2012. Baru cerai 2019 lalu. Menjelang masa kampanye Pemilu.

Di bidang pendidikan ia mengaku belajar di sekolah swasta elite: Horace Mann. Lalu mengaku punya gelar dari New York University. Masih ditambah New York’s Baruch College. Keren banget.

Ternyata semua itu bohong. Ia tidak pernah sekolah, pun hanya SMA. Ijazah SMA-nya dari ujian persamaan.

Padahal Santos mengaku di salah satu lembaga pendidikan itu ia adalah bintang pemain tim volley ball di sekolah itu. Keruan saja tim bola voli sekolah itu membantah: tidak pernah punya pemain voli bernama Santos. Apalagi dengan wajah seperti di foto media.

Dalam proses pencalonannya itu, Santos juga mengaku pernah bekerja di perusahaan paling bergengsi: Goldman Sachs dan Citi Corp. Dua perusahaan keuangan itu pun mengeluarkan bantahan: tidak mengenal Santos.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait