Fakta dan Data Erupsi Gunung Semeru, Meletus 4 Desember 2021 dan 2022, Kini Jepang Ikut Waspada

Fakta dan Data Erupsi Gunung Semeru, Meletus 4 Desember 2021 dan 2022, Kini Jepang Ikut Waspada

Erupsi Gunung Semeru memuntahkan awan panas puguran atau APG. Foto: Fin--

 

JAKARTA, RADARTASIK.COM— Erupsi Gunung Semeru memuntahkan awan panas puguran atau APG.

Adapun fakta dan data erupsi Gunung Semeru bisa dijabarkan sebagai berikut.

Di tahun ini, 2022, erupsi Gunung Semeru terjadi pada Minggu, 4 Desember 2022, Minggu pukul 02.46.

Saat ini, erupsi Gunung Semeru terbaru bahwa statusnya ditingkatkan menjadi level IV (awas).

Akibat erupsi Gunung Semeru, 1.979 jiwa dievakuasi ke 11 titik.

Evakuasi tersebut sebagai upaya mitigasi bencana akibat erupsi Gunung Semeru,

Adapun langkah penanganan warga, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Timur (BPBD Jatim) berkoordinasi dengan TNI, Polisi, dan Kabupaten Lumajang.

“Kami juga berkoordinasi untuk menyiapkan kebutuhan logistik dan tempat pengungsian sesuai dengan perkembangan di lapangan,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Jatim Gatot Soebroto, Minggu, 4 Desember 2022.

Sementara erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, berdampak terhadap Jepang.

Bahkan, Jepang harus mewaspadai potensi tsunami akibat erupsi Gunung Semeru.

Kini, Badan Meteorologi Jepang masih menginvestigasi potensi tsunami akibat erupsi Gunung Semeru.

Berdasarkan keterangan itu dilansir dari situs Japan Meteorological Agency (JMA), Minggu, 4 Desember 2022.

Namun demikian, Badan Metereologi Jepang belum bisa memastikan ketinggian gelombang akibat letusan Gunung Semeru, terkait potensi timbulnya tsunami.

Jika letusan Gunung Semeru mencapai Jepang, terang Badan Metereologi Jepang, diprediksi tiba di Miyakojima dan Yaema, prefektur selatan Okinawa, sekitar pukul 14.30 waktu setempat.

Meski demikian, Badan Meteorologi Jepang melihat tidak ada perubahan yang jelas dari pantauan citra satelit cuaca Himawari.

Pada tahun 2021, Gunung Semeru juga meletus pada 4 Desember 2021.

Gunung Semeru adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa.

Letusan Gunung Semeru menyebabkan puluhan korban jiwa.

Per 17 Desember 2021, BNPB mencatat terdapat 48 orang meninggal, 27 luka-luka, dan 10.571 mengungsi.

Saat itu, para ahli mengungkap, cuaca ekstrem juga turut memicu terjadinya erupsi Gunung Semeru.

Eko Budi Lelono sebagai Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjelaskan bahwa erupsi Gunung Semeru kemungkinan turut didorong oleh faktor eksternal.

Hal ini karena catatan kegempaan relatif rendah dan tidak ada perubahan signifikan terhadap aktivitas suplai magma sepanjang November dan sebelum erupsi.

Selain itu, curah hujan tinggi yang terjadi di sekitar puncak gunung telah meruntuhkan bibir lava. Sehingga memicu terjadinya erupsi.

Peristiwa letusan Gunung Semeru pada 2021 dan 2022, tepat terjadi pada tanggal 4 Desember.

Kesamaan tanggal meletusnya Gunung Semeru itu tak ada satu pun pihak yang bisa memprediksinya. 

Benarkah Erupsi Gunung Semeru Sebabkan Tsunami?

Media sosial saat ini ramai soal erupsi Gunung Semeru bisa menyebabkan tsunami.

Merespons informasi tersebut, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) angkat bicara soal benarkah erupsi Gunung Semeru sebabkan tsunami?

Dalam penjelasannya, PVMBG memastikan informasi bahwa erupsi Gunungan Semeru bisa sebabkan tsunami adalah hoaks atau tidak benar.

"Kabar yang beredar bahwa erupsi Semeru dapat menyebabkan tsunami adalah tidak benar," tulis PVMBG dalam akun twitter yang diunggah pada Minggu, 4 Desember 2022, pukul 19.41 WIB.

PVMBG menjelaskan, bahwa awan panas guguran Gunung Semeru menjangkau kurang lebih 13 kilometer ke arah tenggara dan tidak sampai ke laut.

"Dampak erupsi saat ini adalah abu vulkanik yang dapat mendampak bagian barat daya, barat, dan selatan Gunung Semeru," kata PVMBG.

Menurut PVMBG, masyarakat bisa memantau informasi mengenai aktivitas Gunung Api Semeru terkini dapat diperoleh melalui aplikasi/Website Magma Indonesia (www.vsi.esdm.go.id atau magma.esdm.go.id), dan media sosial PVMBG (Facebook, Twitter, dan Instagram pvmbg_)

Dalam kesempatan berbeda, Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Lumajang, Joko Sambang mengimbau kepada masyarakat untuk tidak terpancing dengan informasi yang tidak bertanggung jawab mengenai aktivitas Gunung Semeru.

"Kami imbau masyarakat mengikuti arahan dari instansi yang berwenang yakni Badan Geologi yang akan terus melakukan koordinasi dengan BPBD di daerah," kata Joko Sambang.

Pun dengan Bupati Lumajang Thoriqul Haq. Dia mengimbau masyarakat tidak panik dengan isu hoaks pascaerupsi Gunung Semeru yang disertai Awan Panas Guguran (APG) yang terjadi di lereng Gunung Semeru.

Saat ini beredar informasi di masyarakat yang menyebutkan bahwa kawasan relokasi merupakan lokasi tidak aman dari potensi terjadi bencana erupsi Gunung Semeru, sehingga banyak warga yang menempati hunian tetap di Desa Sumbermujur memilih mengungsi.

"Saya pastikan hunian relokasi aman dan tidak mengikuti aliran lahar. Aliran laharnya tidak ke Desa Sumbermujur, tapi melalui Supiturang, Curah Kobokan, Kamar Kajang dan Bondeli," tuturnya.

Status Erupsi Gunung Semeru Terbaru

Status erupsi Gunung Semeru terbaru naik status menjadi level IV atau "Awas" dari sebelumnya Siaga III.

Status terbaru setelah Gunung Semeru adanya peningkatan aktivitas vulkanik yang ditunjukkan dengan luncuran Awan Panas Guguran (APG) dan indikator lain, Minggu 4 Desember 2022.

Tepatnya, terhitung pukul 12.00 WIB, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status menjadi ‘Awas’ tersebut.

Sebagaimana yang dilaporkan melalui laman BNPB sebelumnya, sumber APG berasal dari tumpukan material di ujung lidah lava, yang berada sekitar 800 meter dari puncak (Kawah Jonggring Seloko).

Awan Panas Guguran tersebut berlangsung menerus dan hingga pukul 06.00 WIB jarak luncur telah mencapai 7 km dari puncak ke arah Besuk Kobokan.

Aktivitas kegempaan pada tanggal 4 Desember 2022 pukul 00.00 - 06.00 WIB terekam 8 kali Gempa Letusan, 1 Gempa Awan Panas Guguran yang masih berlangsung hingga pukul 06.00 WIB.

Hal ini menunjukkan aktivitas erupsi dan awan panas guguran di Gunung Semeru masih sangat tinggi.

Selain berpotensi terjadi awan panas, potensi terjadinya aliran lahar juga masih tinggi mengingat curah hujan yang cukup tinggi di Gunung Semeru.

Dengan adanya peningkatan status tersebut, maka PVMBG merekomendasikan kepada masyarakat agar tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi).

"Di luar jarak tersebut, masyarakat diharapkan tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak," tulis keterangan resmi laman BNPB.

Lebih lanjut, masyarakat diminta untuk tidak beraktivitas dalam radius 5 Km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).

Di samping itu, masyarakat diharapkan agar selalu mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.

Adapun masyarakat juga diimbau untuk tidak terpancing oleh berita-berita yang tidak dapat dipertanggung jawabkan mengenai aktivitas Gunung Api Semeru, dan mengikuti arahan dari Instansi yang berwenang yakni Badan Geologi yang akan terus melakukan koordinasi dengan BNPB dan K/L, Pemda, dan instansi terkait lainnya.

Luncuran APG Sejauh 19 Kilometer

Sementara itu, dari hasil pemantauan di lapangan oleh tim PVMBG dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, luncuran APG sudah mencapai 19 kilometer bahkan telah melewati Jembatan Gladak Perak.

“Sudah sampai Gladak Perak,” jelas Joko Sambang, Kabid Kedaruratan BPBD Kabupaten Lumajang.

Abu vulkanik gunungapi Semeru juga dilaporkan membumbung tinggi berwarna abu dan hitam pekat. Jarak pandang sangat terbatas karena abu sudah mulai turun ditambah turun hujan di sekitar lokasi.

“Situasi saat ini di Kajar Kuning hujan deras dan abu pekat,” kata Joko.

BPBD Kabupaten Lumajang merinci ada sebanyak 93 warga dievakuasi ke pengungsian yang berlokasi di Balai Desa Sumberurip, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan terus berkoordinasi dengan Badan Geologi, PVMBG, BPBD Kabupaten Lumajang, TNI, Polri dan instansi terkait dalam pengembangan data dan informasi terkait erupsi Gunungapi Semeru.

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: fin.co.id