Toilet Muda
Naning Adiwoso (depan membawa buku) dalam sebuah acara di Jakarta.-(Swa)-
Saya juga mendengar ini: izin umroh untuk Indonesia keluar belakangan. Itu juga terkait dengan perilaku jamaah haji kita di sana. Yakni soal perilaku di toilet di sana. Padahal setelah Covid-19 ini, menjaga kebersihan menjadi lebih penting.
Naning lahir di Magelang, SD di Swedia, SMA di Belanda, dan kuliah di Belanda, Inggris, dan Amerika. Ketika pulang ke tanah air dia tidak bisa berbahasa Indonesia. "Tapi saya mengerti bahasa Jawa," ujar Naning yang ayahnyi asal Magelang, bekerja di setneg lalu pindah ke Kemenlu. "Waktu pulang saya kursus bahasa Indonesia dulu di Santa Ursula," ujar Naning.
Gelar Naning banyak: sarjana lingkungan, arsitek, dan desainer. Dia punya kantor arsitek di Jakarta. Terkenal sekali. Dia juga mendirikan Green Building Counsel. Dia fokus di situ. Akhirnya dia dipercaya sebagai lembaga yang berhak mengeluarkan sertifikat green building dan green product. "Dulu orang Indonesia harus mencari sertifikat ke Singapura. Mahal," ujar Naning. "Sekarang tidak ada lagi yang ke Singapura," katanyi.
Aktivitasnyi di dunia lingkungan membuat Naning jadi perhatian dunia. Ketika dunia perlu mendorong perbaikan iklim toilet di Indonesia Naning yang diundang.
Naning-lah yang mendorong perubahan kata 'cleaning service di bandara Jakarta menjadi facility care. Dia juga yang mengharuskan mereka pakai seragam yang bagus. "Dengan sebutan facility care saya maksudkan agar mereka bisa menegur pengguna toilet yang sembrono," ujar Naning. "Mereka harus berani menegur. Kan bajunya tidak kalah bagus," ujar Naning.
Memang banyak pemakai toilet umum yang menganggap mereka masih pesuruh. Harga diri itu yang harus dibangun. Saya pun, ketika itu, sering ikut mereka membersihkan toilet –lalu dikritik sebagai pencitraan itu.
Naning baru saja membangun toilet umum di Pantai Kuta, Bali. Dilengkapi dengan shower. Lokasinya di ujung pantai Kuta. Itulah toilet umum standar untuk wisata pantai. Saya belum pernah melihatnya. Kalau ada pembaca Disway yang mendahului saya, tolonglah toilet itu difoto. Apakah benar-benar baik dan fungsional. Lalu, apakah banyak yang memanfaatkannya.
Naning juga lagi membangun toilet di pinggir sungai Serayu, Banyumas, Jateng. Agar sungai jangan lagi menjadi toilet terpanjang di dunia. "Sekarang ini 80 persen air sungai sudah tercemar kotoran manusia," ujar Naning.
"Mengapa di Serayu? Bukan di Kalimas atau Bengawan Solo?"
"Hanya karena ada anak muda di desa itu yang merasa terpanggil. Ia juga siap menangani sampai pemeliharaannya," ujar Naning. "Membangun toilet umum mudah. Siapa yang memelihara?" ujar Naning. "Yang di Kuta itu dipelihara oleh pemuda setempat," katanyi.
"Mana yang lebih baik: toilet umum di Indonesia atau di India?" tanya saya.
"Di India ada political will," ujar Naning. "Di sana mulai ada wanita yang minta dowri dalam bentuk calon suami membangun toilet keluarga," ujar Naning.
Di Tiongkok soal toilet sampai menjadi program nasional: revolusi toilet. Di Tiongkok toiletnya terparah di dunia. Dulu. Revolusi toilet itu berhasil. Yang tersisa tinggal sedikit –sedikitnya Tiongkok.
Naning mungkin perlu membentuk asosiasi toilet pabrik, asosiasi toilet masjid dan musala, asosiasi toilet rumah sakit, asosiasi toilet terminal dan stasiun, asosiasi toilet pompa bensin, dan asosiasi toilet perkantoran pemerintah. (*)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Edisi 9 November 2022: Menghitung Hari
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: