Kunjungi Indonesia, Rushan Abbas Kampanyekan Kebebasan Uighur
Pendiri dan Direktur Eksekutif Organisasi Nirlaba Campaign for Uyghurs, Rushan Abbas menunjukkan potret saudara perempuannya, Gulshan Abbas, yang ditahan pemerintah China, saat diwawancara di Jakarta, Senin, 10 Oktober 2022.-Putri Hamran for radartasik.com-
JAKARTA, RADARTASIK.COM – Pendiri dan Direktur Eksekutif Organisasi Nirlaba Campaign for Uyghurs, Rushan Abbas, mengampanyekan kebebasan Uighur dari genosida oleh otoritas China, saat berkunjung ke Jakarta, Indonesia, Senin, 10 Oktober 2022.
Rushan Abbas mengatakan Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat penting dikunjungi dalam upaya meningkatkan kesadaran tentang apa yang menimpa muslim Uighur di Xinjiang. ”Indonesia adalah negara mayoritas muslim terbesar di dunia,” ujarnya saat diwawancara di Jakarta.
Menurut Rushan Abbas, otoritas China menyerang orang-orang muslim Uighur secara terang-terangan. Termasuk wanita dan anak-anak.
Tindakan otoritas China itu, kata Rushan Abbas, merupakan perang melawan kebebasan, demokrasi, dan agama. Termasuk keyakinan beragama Islam. ”Itu adalah perang melawan wanita, perang melawan anak-anak,” tuturnya.
BACA JUGA: Derita Uighur di Tangan China, Jevlan Shirmemet Ceritakan Penderitaan Terpisah dari Sang Ibu
Dengan kondisi tersebut, setiap orang, terutama orang-orang muslim berkewajiban untuk mempertahankan Islam dan keyakinannya. ”Sebagai manusia, mereka berkewajiban untuk memperjuangkan hati nurani kemanusiaan,” ujarnya.
China memburu orang-orang Uighur dan membawa mereka ke kamp konsentrasi dan dipaksa bekerja. Gadis-gadis muda Uighur juga dipaksa untuk menikah dengan orang-orang dari keturunan Han. Pemerintah China mensponsori pernikahan mereka dengan imbalan uang, perumahan, pekerjaan dan tinggal di Xinjiang atau yang disebut sebagai Turkistan Timur oleh orang-orang Uighur.
Menurut Rushan Abbas, jika gadis-gadis Uighur itu menolak pernikahan paksa —karena mungkin dia belum ingin menikah atau mungkin tidak ingin menikahi orang Han atau mungkin sudah memiliki seseorang yang ingin dia nikahi— maka pemerintah China akan mengirim keluarganya, saudara kandung atau orang tuanya ke kamp konsenstrasi.
”Atas nama dia adalah seorang ekstrimis Islam radikal tidak ingin menikah non-muslim Han China,” tuturnya.
BACA JUGA: Waduh, Ajari Anak-anak Al-Quran Wanita Uighur Ini Divonis 14 Tahun Penjara
Rushan Abbas menyatakan otoritas China menggemakan orang-orang Islam di Uighur telah melakukan pernikahan palsu dan menyebut penganut agama Islam sebagai penderita penyakit mental. Bahkan beredar informasi bahwa pemerintah China berkeinginan menulis ulang Al-Qur’an.
”Bayangkan menulis ulang Al-Qur’an membuatnya kompatibel dengan ideologi pemikiran China. Seperti apa yang akan kompatibel dengan ideologi Komunis China?” ujarnya.
Menurut Rushan Abbas, otoritas China telah menyebarkan kebohongan ke dunia khususnya negara seperti Indonesia. Mereka menyebut bahwa kamp konsenstrasi itu sebagai pusat pendidikan ulang atau pelatihan kejuruan bagi muslim Uighur yang dituding terpapar radikalisme. Padahal tidak demikian. Kamp konsenstrasi merupakan tempat untuk penindasan.
”Apa yang membuat kami frustrasi adalah kekejaman China mengobarkan perang terhadap Islam. Kami benar-benar ditinggalkan oleh negara-negara mayoritas muslim. Mereka (orang-orang Uighur, red) juga menjadi korban kebohongan China,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: