Siapa Membunuh Putri (22) - Putusan Sela

Siapa Membunuh Putri (22) - Putusan Sela

Ilustrasi sidang.--

Oleh: Hasan Aspahani

DALAM satu lingkungan dengan sistem yang rusak, pasti ada pihak yang kecewa dan nyaman. Dengarkan mereka. Mereka adalah sumber terbaik bagi kerja kerja jurnalisme investigatif. Brigadir Hilmi saya kira adalah polisi yang berada pada posisi itu di jajaran Polresta Borgam. 

Kami menemuinya di King Palace. Johari Bijaksana, alias Pak JB, menyediakan ruang untuk kami. Kami datang satu per satu agar gak terlalu mencolok. Brigadir Hilmi yang meminta begitu. Saya, Nurikmal, dan Ferdy menunggu sekitar lima belas menitan, sebelum dia muncul.

”Beliau, ini kalau saja polisi boleh pakai seragam cingkrang dan memelihara jenggot, saya yakin dia berjenggot dan pakai celana jingkrang,” kata Nurikmal. 

”Kau kenal dia, Nur?” tanyaku.

”Kenal begitu saja, tak terlalu dekat. Saya sering ketemu dia kalau ada pengajian di masjid raya,” kata Nurikmal.

”Dia penyidik terbaik yang ada di Polresta saat ini. Banyak kasus kriminal besar dia yang tangani,” kata Ferdy. 

Brigadir Hilmi datang dengan pakaian sipil. Dia seperti tidak betah berada di ruang karaoke itu. Orangnya tenang dan awas. Bicara sangat berhati-hati. Dia menyalami dan memeluk kami satu per satu. Seperti ingin mengatakan dengan pelukan itu, tolong rahasiakan pertemuan ini, dan dia percaya sepenuhnya pada kami. 

”Saya tak pernah bicara langsung ke media. Karena memang bukan bagian dari tugas saya. Jadi, teman-teman, cerita saya hari ini tidak untuk diberitakan ya. Semuanya off the record. Tapi, saya harus menyampaikan ini pada teman-teman Dinamika Kota. Saya baca hanya surat kabar kalian yang tak percaya apa yang disampaikan polisi,” Brigadir Hilmi bicara langsung ke pokok persoalan. 

Tak banyak dia berbasa-basi. Sambil bicara dia bergiliran memandangi kami satu per satu, seperti menganalisis apakah kami percaya dengan omongannya. Tentu saja kami percaya. 

Brigadir Hilmi dan dua penyidik lainlah yang pertama memasuki rumah AKBP Pintor, tempat kejadian perkara pembunuhan Putri. Menurut laporan dan berita acara pemeriksaan yang dijadikan dasar persidangan, Putri dibunuh di kamar tidur. Itu fakta yang tak benar. Ia menemukan bekas-bekas dan jejak pembunuhan di ruang tengah. Lalu ada bekas darah dari tubuh yang diseret di lantai mengarah ke kamar. 

Hanya orang yang paham penyidikan yang bisa menghilangkan jejak dengan rapi. Tapi serapi-rapinya upaya menghilangkan jejak pasti ada yang tertinggal. Ada beberapa percikan darah di benda-benda yang ada di ruang tengah itu. Dari arah datangnya percikan bisa diperkirakan di mana posisi korban dan pelaku. Dari jarak posisi korban ke percikan darah bisa diperkirakan juga alat apa yang dipakai dan mengenai bagian tubuh mana. 

”Itu bisa dipastikan dengan otopsi. Kasus ini menjadi rumit, karena sejak awal direkayasa,” kata Brigadir Hilmi, dia bicara dengan sangat berhati-hati. 

Kami menyimak dengan cermat. Saya seperti mendengarkan konfirmasi atas apa-apa yang telah kami beritakan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: