Brilian! Mahasiswi Indonesia Ciptakan Aplikasi Daur Ulang Sampah Makanan

Brilian! Mahasiswi Indonesia Ciptakan Aplikasi Daur Ulang Sampah Makanan

Mahasiswi Indonesia yang menciptakan alat daur ulang makanan.-Foto:tangkapanlayar/genpi.co-

RADARTASIK.COM - Sampah makanan kini menjadi masalah dunia karena memicu problem besar yang mengkhawatirkan. Sampah jenis ini bertanggungjawab atas 10% emisi gas rumah kaca yang membahayakan bumi dan penyumbang signifikan terhadap krisis iklim.  

“Sampah makanan yang membusuk di tempat pembuangan akhir merupakan sumber pencemaran dan perusakan lingkungan. Karena sampah tersebut menghasilkan bau dan gas metana yang dapat merusak lapisan ozon,” ujar Direktur Riset dan Inovasi, Universitas Prasetiya Mulya, Dr. Stevanus Wisnu Wijaya di Jakarta.

Berbagai fakta tentang bahaya sampah makanan, menurut Wisnu, mendorong Universitas Prasetiya Mulya (Prasmul) bersama sejumlah kampus di dalam dan luar negeri berkolaborasi membentuk sebuah konsorsium proyek bernama In2Food. 

Dalam perhelatan Food Waste to Finish (FWTF) Summer School Program ini Universitas Prasetiya Mulya mengirimkan lima mahasiswa perwakilan untuk beradu konsep dan merancang kolaborasi dengan peserta dari kampus lain.

Dalam acara ini, salah satu konsep usulan yang diusung mahasiswa Prasmul bersama peserta dari kampus lain terpilih sebagai usulan solusi terbaik. Konsep ini bernama “Ibu Foodies” yang diusung Ni Putu Mas Swandewi dari Program Studi Software Engineering.

BACA JUGA:Barito Putera Waspadalah! Luis Milla Punya Banyak Opsi di Lini Depan Persib, Ini Sesumbar Ciro Alves 

Konsep ini, menurut Swan sebagai alat bantu pencegahan munculnya sampah makanan di tingkat rumah tangga. Aplikasi ini bisa membantu para ibu untuk mencatat dan merencanakan belanja mereka.

Di dalamnya terdapat teknologi artificial intelligence yang berguna untuk memindai aneka jenis sayur yang dibeli pengguna. 

“Nantinya aplikasi mobile ini dapat menentukan usia sayur tersebut, sehingga pengguna tidak akan membiarkan bahan makanannya membusuk dan menjadi sampah,” ucap Swan.

Pada acara FWTF, konsep Swandewi itu kemudian berkembang menjadi lebih luas. Di sana, bersama anggota tim dari universitas lain, Ibu Foodies berkembang menjadi sebuah platform edukasi sosial.

BACA JUGA:Mesin Pompa Air Jadi Penyebab Kebakaran Gudang Telur dan Beras di Ruko Permata Regency, Cikurubuk, Tasik

“Semangatnya masih sama, yakni mencegah timbulnya sampah makanan. Namun lewat platform ini kami merancang program edukasi bagi para ibu-ibu untuk mengenal lebih jauh bahan makanan yang biasa mereka beli,” imbuhnya.

Lewat program edukasi “Turn That Veggie Waste Into Delicious Taste” ini, ujar Swan, peserta diajak untuk memanfaatkan sisa sayuran yang biasa terbuang untuk diolah kembali jadi makanan yang tak kalah lezat dan bernutrisi, atau ditanam kembali sehingga dapat tumbuh dan menghasilkan. 

“Kami spesifik memilih segmen ibu-ibu karena kami menganggap mereka punya kekuatan untuk jadi agen perubahan khususnya jika menyasar food waste dalam skala rumah tangga. Kami berharap, jika semakin banyak ibu-ibu yang mendapat edukasi soal manajemen sampah makanan ini, maka perubahan besar yang kita harapkan bisa tercapai,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: