Rusak Parah, Murid SDN Jagabaya 1 Belajar di Rumah Warga dan Tersisa 40 Siswa
RUSAK. Sekretaris Komisi IV DPRD Kabupaten Garut Wawan Kustiawan saat memantau sekolah yang rusak di Kecamatan Mekarmukti.--Dokumen Radar Tasikmalaya
Karena kondisi sekolah rusak berat sejak tahun 2017, orang tua siswa lebih memilih menyekolahkan anaknya ke SDN Jagabaya 2 yang jaraknya lebih dari 3 kilometer dari SDN Jagabaya 1.
“Anak-anak berangkat sekolah pakai motor karena jauh. Itu juga untuk yang punya motor. Bagaimana kalau tidak. Tahun ini siswa kelas 1 hanya ada 4 orang, mana ada orang tua yang mau menyekolahkan anaknya di sekolah ini,” ujarnya.
Dari tiga ruang kelas yang ada, menurut Wawan, satu lokal ruang kelas sudah sama sekali tidak bisa digunakan.
Seluruh bagian atapnya tidak ada. Sementara, dua lokal ruang kelas lainnya meski masih memiliki atap, bangunannya sudah rusak berat dan berisiko tinggi jika harus digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
Melihat kondisi tersebut, Wawan pun merekomendasikan Dinas Pendidikan Kabupaten Garut untuk membangun kembali sekolah tersebut.
Karena, warga dari tiga kampung di Desa Jagabaya kesulitan menyekolahkan anak mereka. “Kita rekomendasikan sekalian saja direlokasi, karena lokasinya juga berada di tanah tebing. Rawan longsor. Tapi tidak jauh dari tiga kampung ini,” tuturnya.
Wawan mengingatkan, Dinas Pendidikan jangan sampai mengambil langkah menggabungkan sekolah tersebut dengan sekolah yang sudah ada.
“Jangan sampai dimerger, karena sekolah terdekat SDN Jagabaya 2 juga lokasinya sangat jauh,” harapnya.
Terpisah, Koordinator Wilayah Dinas Pendidikan Kecamatan Mekarmukti Ade Suparman membantah temuan Sekretaris Komisi IV DPRD Garut Wawan Sutiawan terkait kondisi SDN Jagabaya 1 Kecamatan Mekarmukti yang menyebut semua ruang kelas rusak hingga siswa belajar di rumah warga.
“Yang lain masih layak (digunakan belajar mengajar). Kalau yang satu lokal memang sudah lama tidak digunakan,” ucapnya.
Menurut Ade, hanya ada satu lokal ruang kelas yang tidak bisa digunakan karena rusak berat sejak tahun 2019.
Kondisinya diperparah dengan gempa tahun 2022 hingga ambruk. “Sejak tahun 2019 dikosongkan, ada retak-retak, lalu ambruk karena gempa, kejadiannya tahun ini,” terangnya.
Ade pun membantah siswa belajar di rumah warga. Menurutnya, saat itu siswa memang di rumah warga karena sedang latihan kesenian. “Karena peralatannya ada di rumah warga,” akunya.
Ade mengakui, jumlah siswa di sekolah tersebut memang sedikit. Makanya, pihaknya merekomendasikan sekolah tersebut direlokasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: