Konsep Belum
Wacana Polri kembali ke barak alias kembali kepangkuan TNI bergulir seiring upaya revisi UU No 2 Tahun 2022.-Ilustrasi: Syaiful Amri/Disway.id-
Oleh: Dahlan Iskan
WUJUD TNI sekarang adalah hasil pemikiran para cendekiawan TNI itu sendiri.
Pemikiran itu awalnya sulit berkembang. Maklum di tengah politik sentralistis Orde Baru. Tapi pikiran itu tetap hidup. Otokritik terus disuarakan. Sampai akhirnya menemukan momentumnya: reformasi di tahun 1998.
Momentum serupa datang ke dunia Polri. Lewat peristiwa Duren Tiga.
Apakah Polri akan berubah setelah Duren Tiga?
Kelihatannya belum.
Setidaknya publik belum pernah mendiskusikannya secara serius. Terutama mengenai bentuk ideal Polri di masa depan.
Apakah diskusi seperti itu pernah terjadi di lingkungan internal Polri? Terutama di lingkungan cendekiawan Polri?
Kita sudah melihat semakin banyak perwira menengah Polri yang meraih gelar akademik tinggi-tinggi. Demikian juga di lingkungan perwira tinggi. Tak terhitung gelar SH, MH, dan Dr. Sampai ada yang tumpuk-tumpuk.
Tapi saya belum pernah mendengar adakah di antara tesis dan disertasi mereka itu yang membahas wujud Polri ideal masa depan.
Kini kita mulai mendengar suara perlunya reformasi Polri. Itu baru terdengar setelah peristiwa Duren Tiga. Tentu keinginan itu terlalu mendadak. Mana mungkin. Rasanya, saat ini, belum ada konsep reformasi Polri yang sudah matang. Bahkan yang setengah matang sekali pun.
Rasanya tidak mungkin bisa dilakukan reformasi. Keinginan untuk ke sana belum cukup kuat. Bahkan belum cukup ada. Yang tersuarakan baru keinginan untuk bersih-bersih.
Itu pun masih banyak pertanyaan. Siapa yang harus bersih-bersih? Pakai sapu apa? Berapa lama? Bisa seberapa bersih?
Pun untuk sebatas bersih-bersih. Juga belum ada konsep yang matang. Apalagi kalau info di skema yang disusul dengan info skema berikutnya itu benar. Terlihat suram sekali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: