Otopsi Ulang

Otopsi Ulang

Oleh: Dahlan Iskan

ANDA sudah hafal meme ini: polisi tembak polisi, CCTV yang duluan mati. Atau yang ini: polisi tembak polisi, di rumah polisi, diperiksa polisi... justru saya lupa terusan bunyi meme itu.

Saya ikut mati: mati angin. Pekerjaan lagi menggunung –1001 gunung ukuran 48 semua. Berita penembakan di Duren Sawit 3 itu hanya terbaca sepotong-sepotong. Ada satu berita yang kelihatannya agak panjang: judulnya Sembilan Keanehan.... Begitu saya buka, berita itu dipotong menjadi lima laman. Saya jengkel. Gak mau lagi membuka halaman 2 dan seterusnya. Juga begitu banyak iklan di berita itu. Ribet.

Saya urung ingin mengutip Sembilan keanehan.... itu. Toh Anda juga sudah membacanya.

Tapi hari ini adalah hari Minggu. Biasanya Disway terbit dengan berita penembakan. Benar. Banyak sekali penembakkan di Amerika. Polisi pun ditembak: 3 polisi mati. Ditambah anjing pelacaknya.

Tapi saya malu menulis tentang itu. Kan ada gajah di pelupuk mata. Mengapa harus melihat kota kecil Allen di pelosok Kentucky.

Tapi gajah itu terlalu besar. Saya sulit harus meraba bagian mananya. Maka saya mencari sisi lain saja dari gajah itu: saya telepon jaringan Diswaydi Jambi.

Tolong kirim wartawan ke kampungnya Brigadir Joshua Hutabarat, pinta saya ke pimpinan harian Jambi EkspresSyarkawi.

Siap,” jawabnya.

Berangkat setelah Subuh ya, biar bisa untuk Disway edisi tembak-menembak Minggu, kata saya.

Tiga wartawan pun meninggalkan Jambi. Sabtu kemarin. Sebelum pukul 06.00. Mereka naik mobil menyusuri jalan utama ke arah Palembang. Sebelum perbatasan Jambi-Sumsel mereka harus belok kanan. Memasuki kawasan kebun sawit yang luas. Itulah kebun sawit yang sudah berumur lebih 15 tahun.

Setengah membelah kebun sawit mereka tiba di desa Suka Makmur. Berarti 68 Km perjalanan yang mereka tempuh. Banyaknya truk sawit membuat jarak itu begitu jauh: dua jam.

Nama Brigadir Joshua terkenal di seantero Jambi –bahkan Nusantara. Tidak adil kalau tidak ada media Amerika yang menulis tentang kematiannya.

Mudah sekali mencari rumah orang tuanya,” ujar Andri Brilliant Avolda, salah satu dari tiga wartawan itu. Andri, 28 tahun, lulusan Fakultas Hukum Universitas Andalas Padang.

Andri ditemani M Hafizh Alatas dan wartawan foto M Ridwan. Hafizh lahir di Mangun Jayo dan lulus dari pertanian Universitas Batanghari. Sedang Ridwan pernah memenangkan foto jurnalistik terbaik Dahlan Iskan Award tahun 2011.

Rumah beliau di belakang SDN Suka Makmur itu,ujar Andri yang kelahiran Sungai Penuh itu.

Itu memang rumah dinas. Ibunda Brigadir Joshua, Rosti Simanjuntak, adalah guru SD di situ. Di situ pula Brigadir Joshua sekolah. Sempat diajar sendiri oleh Sang Ibu.

Ke rumah itu pula peti jenazah Brigadir Joshua diantar pulang. Empat hari setelah tewas di tembak-menembak di rumah Irjen Pol Ferdy Sambo.

Di rumah itu peti dibuka. Diteliti. Ada luka-luka. Dan memar di perut. Dan jarinya nyaris putus. Keluarga memotret semua itu, ujar Andri mengutip keterangan keluarga.

Suasana rumah masih penuh duka. Masih banyak famili yang datang. Harapan terakhir keluarga pun tidak kesampaian. Keluarga berharap bisa dimakamkan secara militer, ujar Andri. Tapi tidak bisa. Alasan petugas, administrasinya belum lengkap, ujar Samuel Hutabarat, ayahanda Brigadir Joshua. Sang Ayah heran. Sudah diberangkatkan dari Jakarta mestinya sudah lengkap.

Ya sudah. Dimakamkanlah Joshua dengan upacara agama. Pemakamannya sekitar 2 Km dari rumahnya.

Rumah itu rumah bedeng. Empat pintu. Hanya dua yang terisi. Salah satunya ayah-ibu Brigadir Joshua. Mereka hanya berdua di rumah itu. Anak pertama, wanita, bekerja di Jambi, di karantina pertanian. Joshua adalah anak kedua. Adik wanitanya baru lulus dari Universitas Jambi, jurusan kesehatan masyarakat. Si bungsu, laki-laki, jadi polisi: Bripda Mahareza Hutabarat.

Brigadir Joshua setidaknya sudah dua kali bahagia dalam hidupnya: saat diterima sebagai anggota Polri dan saat diterima seleksi menjadi ajudan perwira.

Joshua, setamat SMAN di Muara Bungo, memang langsung melamar jadi polisi. Penempatan pertamanya di Jambi. Di pedalaman. Di Merangin. Di kompi Brimob di situ. Lebih 3 tahun Joshua bertugas di Merangin. Ia pun berkenalan dengan gadis di situ: Vera. Mereka pacaran. Sudah 8 tahun masih setia. Mereka bertekad segera kawin. Ayah-ibu Joshua pun merestui.

Kali terakhir Joshua pulang kampung adalah akhir tahun 2021 lalu. Liburan Natal. Ia dekat sekali dengan ibunya. Tidur di ketiak ibunya, ujar Samuel.

Tanggal 5 Januari 2022 Joshua balik ke Jakarta. Ia membeli banyak sekali oleh-oleh khas Jambi untuk bapak dan ibu, ujar Samuel yang kini berumur 57 tahun. Yang dimaksud bapak dan ibu adalah Irjen Pol Ferdy Mambo dan istri. Ongkos bagasinya saja Rp 2 juta,ujar Samuel. Sebagai petani sawit kecil-kecilan, Samuel kaget dengan angka itu. Ia pun menyarankan apakah tidak dikirim lewat paket saja. Lebih murah. Yang terpenting saja yang dibawa sendiri. Dan yang terpenting itu adalah pempek Selamatyang memang terkenal di Jambi

Membayangkan menjadi ajudan jenderal memang membahagiakan Joshua. Waktu itu, ia sedang bertugas di Brimob Jambi –dipindah dari Merangin. Ia melihat ada seleksi untuk menjadi ajudan. Ia pun melamar. Mengikuti tes. Lulus. Bahkan langsung bertugas. Ia tidak sempat pulang lagi ke Jambi. Ia minta adiknya mengepak barang-barangnya untuk dikirim ke Jakarta, ujar Samuel.

Maka Joshua pun menjadi ajudan Ferdy Sambo. Sejak Sambo masih berpangkat Kombes (kolonel). Lalu naik menjadi bintang satu. Dan terakhir jenderal bintang dua.

Sambo, kelahiran Barru, Sulsel, 49 tahun lalu, memang punya karir cemerlang. Tugasnya selalu di Jakarta. Hanya sebentar di Bogor, dekat Jakarta. Juga sebentar di Brebes, tidak jauh dari Jakarta.

Joshua sering mengirim uang untuk sang Ibu. Padahal sudah diingatkan agar lebih dulu mencukupi kebutuhannya sendiri. Semua sudah ada jatahnya, jawab Joshua seperti dituturkan Sang Ibu.

Bagaimana kalau jenazah Joshua diotopsi ulang? Silakan saja. Saya tidak keberatan, ujar Samuel yang aktif di majelis Gereja GPIB Sungai Bahar itu.

Otopsi mungkin akan dilakukan. Atau tidak. Masih terlalu banyak pertanyaan di seputar tembak-menembak ini. Kian lama tidak diungkapkan kian banyak pertanyaan. (Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Disway Edisi 16 Juli 2022: Demo Gugat

Budi Utomo

Prof. Nidom menurut saya termasuk salah satu peneliti yang benar benar serius meneliti, bukan hanya bertujuan cari gelar profesor saja. Dan anda sudah tahu, professor semacam ini sudah sulit di cari di negeri via valen, apalagi via valen sekarang sibuk mempersiapkan pernikahan nyi.

ALI FAUZI

Agama, terutama Islam, menjunjung tinggi keilmuan. Kalau pun ada yang merdeka berpikir/berkarya, lantas mandek karena merasa sensitif, saya pikir sensitifnya lebih pada respon sebagian orang. Mungkin orang itu akan marah, dll. Bukan pada agama ajaran itu sendiri. Jadi agama bukanlah penghalang merdeka berpikir/berkarya. Sebagian orang yang mudah emosi itulah penghalang merdeka berpikir/berkarya.

PryadiSatriana

"Mikra Gugat": Bla ... bla ... bla ... "Bukan Gugat": " ... tidak perlu ditulis di Disway ini lagi." "Demo Gugat": Cas ... cis ... cus ... Komen saya: "Telek ... telek ..."

citrhours 547

pry pry, kalau tidak ada yang ngeyel terus nasibe peneliti Indonesia piye, kalau tukang nyinyir sudah banyak, contohnya your kitchen wkwkwk

Jimmy Marta

"Hanya hari ini..! diskon 50%..". Itu tulisan ditoko supermarket. Berhari2 tulisan nyadipampangkan terus...hehe.. 

yohaneshansi

Ini yang beneeer.. ada tantangan, hambatan, atau masalah harus diatasi. Bangsa kita terlalu sering mengandalkan bantuan/ sumbangan. Begitu bantuan tidak ada lantas diam, menyerah. Tidak heran kalau kemajuan bangsa kita lambat. Hidup Prof. Nidom! Semangatmu, mentalmu, ilmumu menginspirasi..

Jimmy Marta

Kenapa untuk penelitian prof nidom takut bermasalah pakai hiu..? Kita ambil analogi lain saja. Narkotika itu dilarang diperdagangan bebas. uu 05/1997, tentang psikotropika untuk tujuan ilmu pengetahuan dan kesehatan boleh digunakan. Yg lain tentang hutan lindung. Untuk alasan ilmu pengetahuan dan pengembangan bisa dieksploitasi terbatas. Ada di uu no.41/1999 tentang kehutanan. Sy yakin untuk tujuan ilmu pengetahuan pemanfaatan hiu boleh dilakukan. Jelas perlu izin, perlu legalitas. Urusannya pasti ke birokrat. Prof mikra dan Prof sama2 peneliti. Sama2 punya kendala. Namun selalu ada solusi. Salam semangat prof...!

Jimmy Marta

Besok2 tidak ada lg istilah kelinci percobaan. Sudah diganti ikan

Sutikno tata

Mikra Gugat: gugat pemerintah.. Bukan Gugat: gugatan basi Demo Gugat: harusnyamikra gugat tuhan walaupun beragama.

LiangYangAn梁楊安

Ada beberapa jenis hewan yang dapat dimanfaatkan untuk model penyakit pada manusia, yang paling banyak digunakan pada percobaan ialah Mencit (Musmusculus), Tikus putih (Rattusnorvegicus), Kelinci (Oryclolaguscunucilus), dan juga Ikan zebra (Daniorerio). Ikan zebra memiliki 70% kesamaan gen dengan manusia, bahkan 84% gen manusia yang diketahui terkait dengan berbagai penyakit memiliki padanan pada ikan zebra. Ikan zebra memiliki organ dan jaringan utama yang sama dengan manusia. Otot, darah, ginjal, dan mata mereka memiliki banyak kesamaan dengan sistem manusia. Ikan zebra memiliki kemampuan unik untuk memperbaiki otot jantung, misalnya jika bagian dari hati mereka diambil, mereka dapat menumbuhkannya kembali dalam hitungan minggu. Ikan zebra selain dimanfaatkan untuk mengkarakterisasi penyakit manusia, peneliti juga dapat mengidentifikasi dan menguji obat baru untuk mengobati penyakit yang dimodelkan. Kemampuan ikan zebra untuk menghasilkan banyak embrio setiap kali mereka berkembang biak membuat mereka sangat berguna untuk penyaringan obat dengan hasil tinggi, sebagai alternatif untuk studi toksikologi. Ikan zebra telah mendapatkan perhatian sebagai model yang kuat untuk penelitian kanker terutama karena fekunditasnya yang tinggi, pemeliharaan yang hemat biaya, visualisasi pertumbuhan tumor yang dinamis. Ada berbagai cara untuk menginduksi kanker pada ikan zebra, seperti mutagenesis kimia, mutagenesis iradiasi, mutagenesis penyisipan, yang dapat berbasis transposon

edihartono

"Benar to. Dahlankliru. Untung sudah kembali ke jalan yg benar. Prof Nidom itu contoh yg sip." "Betul Gus. Orang yg menyerah pd minimnya anggaran penelitian itu mikir e duit. Outputnya mentok jurnal. Biasanya untuk memenuhi syarat akademis," ulas Amien. "Betul. Kalau mental peneliti sungguhan itu mental pejuang. Berjuang mewujudkan ide besar di kepalanya. Hasilnya Karya Agung yg bermanfaat bagi kemanusiaan. Jurnal dipakai untuk validasi dan diskusi dgn sesama peneliti," tambah Gus Dur. "Seperti temannya Dahlanyg viral itu ya, Gus." "Teman dahlanyg mana, Min?" "dr.Terawan! Metode pengobatannya sdh bermanfaat mengobati puluhan ribu orang, dari perdana menteri, presiden, pejabat tinggi, sampai rakyat biasa. Terus malah dirusuhiidi. dr.Terawanterbitin jurnal di Unhas. Tapi dasar wongsrei, sudah divalidasi jurnal resmi, level scopus tinggi, tetap saja dirusuhi." Ucap Amien. "Iya. Sialan. Idi mbelgedestenan. Ormas biasa gitu kok dikasih kewenangan berlebihan. Harusnya kewenangan di kemenkes." Ucap Gus Dur. "Kelihatan ada udang di balik lemper," ucap Amien sambil ngunyah lemper. "Iya." Tambah Gus Dur sambil nyeruput kopi. "Lha kemarin sampean jadi tanya ke Jibril atau tdk, Min?" Amien berpikir. "Tentang nasib imin dan zul itu to? Saya ini punya mental peneliti, Gus. Mental pejuang." Ucap Amien semangat. "Jadi pengennya meneliti sendiri. Gak mau pakai jalan pintas gitu." Gus Duryg sakti paham. "Heleh, bilang saja sampean takut ketemu Jibril. Gituajapake cari2 alasan..."

ErGham

Sudah setua ini, penelitian apa yang bisa saya berikan sumbangsihnya ke masyarakat. Memang sih saya bukan profesor. Tapi minimal pernah kuliah. Misal petani riset kecil kecilan untuk mencari pupuk yang tepat. Nelayan yang riset dengan berbagai umpan. Atau riset untuk menemukan pistol yang ringan sehingga bisa mudah digunakan. Pistol glock itu misalnya. Penemunya merasa pistol yang ada terlalu berat dan hentakannya keras. Jadi dia beli beberapa pistol, lalu dia bongkar. Dia pelajari cara kerjanya. Percobaan yang ke-17 berhasil. Maka lahirlah pistol glock 17. Ringan, bisa digenggam 1 tangan. Pistol yang lain perlu 2 tangan digenggamnya. Maka cukup favorit pistol ini.

alasroban

Secara umum, Seharusnya Ilmu itu ya bermanfaat. Membantu menyelesaikan masalah yang di hadapi oleh masyarakat. Contoh yang kurang baik ya di Jogja. Konon ibarat kata di Jogja itu anda melempar kerikil ke arah manapun akan mengenai seorang doktor. Saking banyaknya doktor di Jogja. Anda semua sudah tahu betapa mendalamnya keilmuan seorang doktor. Namun demikian masalah sampah belum bisa di atasi di Jogja. Seharusnya dengan banyaknya doktor, Jogja menyelesaikan sampah dengan cara-cara penerapan ilmu pengetahuan. Hingga bisa jadi percontohan daerah lain. Apa karena tak ada dana riset ya ? Entahlah....

Re Hanno

Saya sebetulnya ingin menggugat Abah, kenapa tak menulis tentang penembakan di rumah tetangga. Kalau terjadi di kampung lain e malah ditulis detail dan lengkap sekali. Tidak berani apa takut disebut tukang kipas. Tapi saya tak tahu mau menggugat ke mana.

fajar rokhman

Akhirnya tulisannya bersambung juga, walau sempet di ultimatum gak mau nulis lagi masalah penelitian di dalam negeri. Dan masih ada satu lagi abah yang belum di tulis, yang selalu nylempitdikit-dikit di tiap tulisan, yang katanya terlalu sensitif, sehingga harus dicicil nulisnya. Atau emang begitu strateginya, karena terlalu sensitif jadi harus dicicil-cicil dikit2 sambil liat reaksi komentar. Semangat terus menulis ya abah, saya senang baca disway.

edihartono

"Dah lah, Gus. Gak usah bahas anggaran penelitian lagi. Bosen. Sekarang kita bahas agama saja, Gus. Sampean ini kan kiai, ulama, politisi. Cocok lah kalau bahas agama." Ucap Amien. "Yoweslah, daripada gak ada kegiatan. Siang2 di surga gini juga mau ngapain. Sampean juga ulama dan politisi. Jadi cocok." "Iya, Gus. Saya ini heran. Kenapa ya walaupun ustad dunia sekarang ini senang cerita kejayaan islam, hafal nama ilmuwan2 besar jaman dulu, IbnuSina, al khawrizmi, al kindi, al farabi, dll, tetapi tdk muncul generasi islam selevel ilmuwan jaman dulu itu." Amien memulai pembahasan dgn pertanyaan. "Ya karena goblok2 to," Ucap Gus Dur. "Goblokpiye to, Gus?" "Goblok karena ajaran agama dipersempit. Belajar agama diartikan sebatas belajar fikih, hadis, hafal qur'an dan semacaamnya. Gitutok. Gaknyambung to? Kalau bangga punya Al Khawrizmi, harusnya dipahami ilmu logika dan matematika itu juga termasuk ilmu agama. Kalau bangga punya IbnuSina, harusnya orang belajar kedokteran itu juga dipahami sebagai belajar ilmu agama, dipahami sebagai ibadah, juga dapat pahala sama seperti ngapalin al Quran, ilmu hadis dll itu. Lha sekarang kan tidak. Ngaji Al Quran dianggap ibadah dan dpt pahala, tetapi belajar matematika dianggap ilmu dunia dan tdk dapat pahala." "Sesudah itu malah nggremeng, kenapa jaman sekarang tidak muncul ilmuwan2 besar lagi." "Dasar gemblung," Ucap Gus Dur sambil tertawa kecut. "Iya, aneh, untung kita sudah disini." Mereka tertawa bersama2. Tertawa jengkel!

Jimmy Marta

Bukan saya ahli hiu. Atau suka makan hiu. Atau sy manusia kelas hiu. Bukan itu yg buat sy tertarik hiu. Kalau ikan sysukanya malah yg kecil2. Sebesar jari. Teripun boleh Hehe... Waktu tugas di satu propinsi di utara sulawesi benar2 berkesan. Di laut pantai botubaranikab. bonbol. Naik perahu nelayan khusus wisata paus. Hiu dipanggil dg cara perahu diketok2 pakai pendayung. Saat muncul sang hiu bisa di elus2, jinak. Mulut menganga diberi makanan yg disiapkan.... wah... ngeri2 takut... hihi.. Gimana coba...! hiu nya.banyak. jaraknya dekat. ukurannya lebih besar dari perahu....sensasional sekali. Hiu paus adalah jenis yg dilindungi penuh di indobesia. Ada empat jenis lainnya dibuat terbatas. Hiu martii, hiu koboy, martil tipis dan yg satu lagi.... Hidup hiu...!

DodikWiratmojo

Butuh 100 juta sampai ke jepang, padahal biaya penelitian studi ilmu ekonomi di universitas swasta 150jutaan, itupun tanpa alat2 laborat, penelitian terbentur agama,dan satu satunya jalan hanya dengan itu, konsultasi dengan ulama, bersinergi, jika ada ulama yang mendampingi,mgkn tidak ada apa apa.. Ini lucu tapi serius, Semoga ikan lele tidak menularkan covid, jutaan pedagang pecel lele bakal gulung tikar.. Belum peternaknya :)

ErGham

Saya penasaran. Saat masih menjadi mahasiswa, apakah Prof Mikra dan Prof Nidom aktif dalam suatu kegiatan unit kemahasiswaan. Jika ada, apa saja unit kegiatan mereka masing masing. Prof Nidom lebih ulet sepertinya dalam mencari dana penelitian. Dan lebih berpikir merdeka. Juga berani mengambil keputusan. Bukan tipe Prof yang sekedar cari aman dalam berkehidupan. Tidak peduli uang pensiun bulanan. Merdeka. Mandiri. Upayanya Senyap, Tepat, Cepat dalam mencari dana penelitian. Semoga terus Berani, Benar, Berhasil.

GitoGati

Perguruan tinggi kita sdh banyak yang terpapar ajaran islam politik. Pun juga islam secara keseluruhan di muka bumi. Sehingga sekarang sdhtdk ada lagi ilmuwan muslim seperti eranyaharun al-rasyid. Islam kita (juga termasuk di perguruan tinggi Indonesia) lebih memilih melaksanakan iman islam dengan cara memanjangkan jenggot, mencingkrangkan celana termasuk sunah poligami. Semoga kelak "islamnusantara" bisa menghasilkan umat islampatriotikdibidang ilmu pengetahuan. Amin

AgusSuryono

BIAYA PENELITIAN HAMPIR PASTI "MAHAL".. Mengapa..? Karena namanya juga penelitian, pasti di dalamnya ada "trial & error". Jika itu menyangkut ilmu murni, lembaga penelitian swasta kayak milik Prof Nidom, pasti lebih sulit mendapatkaj "pengembalian". Kalau penelitian "terapan", semoga hasilnya bisa "dibisniskan". Yang jelas, semangat menelitinya perlu diacungi jempol. Dan semoga lembaga yang "mendapatkan manfaat" dari penelitian "ilmu murni"nya, tergerak tuk bantu-bantu. Atau malah menggantinya seluruhnya. Dan semoga, setelah dikenalkan oleh Dusway ke publik, banyak "orderan" penelitian. Baik ilmu murni maupun terapan..

AgusSuryono

BAPAK CAPRES ABCDE.. KALAU bapak terpilih sebagai Presiden, apakah Bapak melihat perlunya peningkatan anggaran penelitian..? ++ Ya sudah pastilah.. APA yang pertama akan Bapak prioritaskan untuk diteliti..? ++ Kalau saya tidak terpilih, akan saya minta dilakukan penelitian, mengapa saya TIDAK terpilih. Sehingga pada PENCAPRESAN berikutnya, pemyebab kekalahan bisa diantisipasi.. NAH kalau Bapak terpilih..? Apa yang prioritas diteliti.. ++ Jika itu yang terjadi, maka akan saya perintahkan untuk diteliti, mengapa saya terpilih. Sehingga itu bisa menjadi referensi saat saya mencalonkan diri lagi. APA tidak ada prioritas penelitian yang sasarannya kemakmuran rakyat..? ++ Oh ada. Di penelitian di atas, akan saya minta disisipkan, berapa tarif "serangan fajar" yang optimal di Pemilu yad. Dirinci per propinsi..

MirzaMirwan

Yang dimaksud Pak Agus mungkin penembakan Jayland Walker, 25, oleh polisi di Akron. Itu sudah terjadi dua minggu yang lalu. Tentang penembakan di kediaman KadivProvam Polri, memang lebih baik Pak Di tidak menulisnya dulu. Bukan soal sensitif atau tidak, melainkan karena duduk-soalnya belum jelas. Memang banyak kejanggalan dari keterangan polisi Senin yang lalu. Misalnya, seorang polisi dengan pangkat paling rendah pegang senjata semi otomatis, Glock 17. Lalu soal dekoder CCTV yang diganti sehari setelah penembakan, soal keterangan polisi yang baru diberikan tiga hari setelah penembakan, dan kejanggalan lainnya. Kita tunggu saja hasil investigasi tim yang diketuai Wakapolri.

AgusSuryono

INFO BUAT ABAH.. Di media, ada berita penembakan lagi di US. Tepatnya Ohio. Penembakan dilakulan oleh Polisi. Terhadap seseorang yang dikejar oleh 8 (delapan) Polisi. Tetapi lari. Atau melarikan diri. Jumlah tembakan, sampai 46 (empat puluh enam) kali tembakan. Tetapi Abah jangan menulis tentang ini ya.. Lebih baik Abah menulis penembakan yang ada di negeri sendiri. Meski mungkin sensitif.. Saya yakin Abah punya tip n trick. Sebagai wartawan Disway paling senior.. Supaya tidak ada yang marah..

Johannes Kitono

Salut buat Prof Nidom dengan PNF nya yang tetap konsisten melakukan penelitian yang kendala utamanya adalah biaya. Daripada memakai sample ikan Hiu ( Charchariassp 34 ) kenapa tidak memakai sample ikan gabus ( channastriata ) atau ikan lele ( clariassp ) yang relatif lebih gampang diperoleh. Ikan gabus yang disebut juga snake head bisa bertahan hidup berbulan bulan diperairan yang berlumpur dan dagingnya merupakan bahan baku Albumin,obat CA. Sedangkan ikan lele daya hidupnya tinggi. Biar dipotong sebagian badannya tetap masih hidup. Perlu dikaji apakah ada korelasinya antara konsumsi pecal lele dengan daya tahan hidup rakyat Indonesia yang tinggi pada saat pandemi ini.

HarunSohar

Anda sudah tahu, Presiden Jokowi pernah marah, sampai mengatakan kita ini bodoh. APBN 500 triliun lebih pun APBD 500 triliun lebih pula, sebagian besar digunakan untuk beli barang impor. Presiden menginginkan APBN dan APBD digunakan untuk produk dalam negeri. Lhambok itu yang diriset, tidak usah yang di awang-awang, yang ruwet dan tidak membumi. Kalau saja riset kebutuhan barang dalam negeri (yang dibutuhkan untuk menyerap APBN dan APBD) akurat maka penghematan anggaran negara akan sangat tinggi. Dus perputaran ekonomi dalam negeri akan bertambah besar. Kalau proposal bagus pemerintah pasti setuju.

Johannes Kitono

Ketika menghadiri Seminar Budidaya udang di Bangkok dengan pembicaranya pakar pakar budidaya dari Asia Tenggara, seperti Thailand, Taiwan, Indonesia dan Philipina. Ada pertanyaan yang menarik dari peserta ketika Dr PinijKungvankij dari Thailand memaparkan sejarah budidaya Udang di Thailand. Kenapa budidaya udang di Thailand dengan garis pantai 2.600 km lebih berhasil dari regional lainnya. Misalnya, Indonesia yang mempunyai garis pantai 920.000 km atau no 2 sesudah Canada. Jawabannya sederhana : Petambak udang Thailand tidak bisa bahasa Inggris. Tidak bisa baca teori teori budidaya yang biasanya dalam buku bahasa Inggris. Mereka harus penuh inisiatip dan berani mencoba kalau sudah dikasih contoh oleh teknical service atau penyuluh pertanian dari swasta/ pemerintah. Misalnya,kincirNanrong 2 pk made in Taiwan yang mahal di ganti dengan kincir long arm made in Kubota atau Dong Feng yang harganya 1/10 dari harga Nan Rong. Hasilnya, Thailand merupakan penghasil udang budidaya besar di dunia.

thamrindahlan

Prof Dr ChairulAnwatNidom contoh peneliti mandiri. Salut. Tak banyak bicara menghasilkan karya bermanfaat untuk kemaslahatan manusia.. Teruskan Abah topik penelitian sampai 5 seri agar muncul dan tersiar peneliti sejati mandiri peduli kemanusiaan tetapin tidak mengharapkan peduli birokrat. Awak tak berani singgung BRIN kuatir ada yang tersinggung. Sematkan baju dhuafa dengan peniti / Agar rak terlihat robek menganga / Syarat Peneliti harus jeli teliti / Hasilkan perubahan untuk dunia / Salam Hormat Untuk Prof Chairul Anwar Nidom and his crew. Salamsalaman.

DeniK

Jiwa jurnalistik Abah meronta-ronta. Ingin meliput peristiwa yang terjadi di Duren 3. Apa daya yang terlibat aparatur negara. Pasti banyak kendala. Mungkin juga disway jadi tinggal nama. Banyak wartawan muda tapi mereka kurang peka , mungkin karena terlalu banyak foya-foya. Yang di beritakan hanya kulit nyasahaja.

supriyanto

Demo yg atraktif, Demo yginspiratif, Demo yg murni dr hati, U kemaslahatan ummat bumi, Bukan demo AbalAbal, Bukan Foundation AbalAbal, Ygmengandalkan anggaran, Pun sedekah dan jariah, Yg kapan itu TDK terlalu silam , Ditilep dan di embat tanpa hati, Duuhhh, rasanya " nggegirisi", Tega dan melasati, Ampai Pak Prof pun hanya makan mie, Ampun,ampun,o begini to nasib Peneliti "kami". Semoga Demo Abahygber seri ini, Mengetuk hati, Penguasa Negri dan Penghuni Negri, O Indonesiaku, Jng kau ulangi ,kesalahan ygber"tubitubi" Selalu Semangat lah para "Peneliti", Engkau ditunggu Ibu Pertiwi.

MirzaMirwan

Hanya meluruskan, sekaligus menambahkan. Pak DI menulis, "Juni kemarin transplantasi serupa berhasil dilakukan lagi. Sekaligus untuk dua orang. Kali ini di New York, USA. Di New York University. Yang melakukan: Dr. Nader Moazami....". Dua operasi transplantasi jantung babi di NYU Langone Health itu berlangsung tanggal 16 Juni dan 6 Juli (berselang 20 hari). Resipien yang 16 Juni adalah Lawrence Kelly, 72, veteran Perang Vietnam, dari Pennsylvania. Sedang resipien yang 16 Juli adalah seorang wanita mantan guru, Alva Capuano, 64, dari Stuyvesant Town, Manhattan, NYC. Berbeda dengan David Bennet dulu itu, yang jelas masih hidup, baik Pak Lawrence maupun Bu Alva sudah sama-sama meninggal, tepatnya "brain-dead" (mati otak). Juga sama-sama punya riwayat penyakit jantung cukup lama. Setidaknya sampai kemarin tubuh kedua resipien tidak memperlihatkan tetanda menolak jantung babi itu. Selamat pagi semuanya.

JhelangAnnovasho

Kenapa kok terkesan prof. Mikra digugat balik? Atau gugatan prof. Mikra sebenarnya didukung secara samar? Sebagai mahasiswa bidang fisika, sudah belasan tahun sy mengikuti tulisan beliau. Gugat yang diajukan Prof. Mikra mula-mula ya untuk dirinya sendiri. Sebagai doktor lulusan Jepang, bidang penelitian yg high-tech, tentu membawa dampak yang besar bagi nama institusi dan negara. Namun beliau sadar, banyak keterbatasan di bidang itu. Salah satunya analisis atomik yang harus dilakukan di luar negeri. Bukannya kita tak punya biaya. Banyak institusi dalam negeri punya alat canggih. Sekali beli bisa. Namun mudah rusak. Biasa perawatan dan biaya perbaikan bisa berkali lipat dari harga alat. Tidak praktis. Peneliti sekali mikir tindakan A ya harus segera dilakukan. Kalau ke luar negeri perlu pengiriman sampel dulu. Atau mengurus visa dan penerbangan dulu. Dalam beberapa hari ide sudah belok dan berkurang minat untuk terus riset. Kurang lebih saja seperti diagnosis kesehatan antara di Jakarta dan di Singapura.. Prof. Mikra berpendapat, tidak bisa secara kuantitas riset kita bagus dengan mengandalkan penelitian hi-tech. Tidak banyak terjangkau. Maka beliau punya ide. Meningkatkan kuantitas dari penelitian yang sederhana. Penelitian itu harus mengisi celah yang ada. Juga harus masuk jurnal internasional bereputasi. Ternyata ada jurnal dengan topik sederhana namun berdampak besar. Beliau sudah menemukan formula: penelitian yang bisa bagus secara kualitas dan kuantitas, murah juga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: