Tutup atau Buka, Infrastruktur Menyesuaikan

Tutup atau Buka,  Infrastruktur Menyesuaikan

CIHIDEUNG, RADSIK – Perencanaan penataan pedestrian HZ Mustofa dan Cihideung yang dikonsep sejak awal mengubah fungsi jalan menjadi area terbuka. Pemkot menginginkan adanya ikon daerah di pusat kota, menunjang sebagai kota jasa dan perdagangan. 

Kepala Bidang Jalan dan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Kota Tasikmalaya Wenda Krisnawan menuturkan, konsep awal penataan di kawasan perekonomian itu supaya HZ Mustofa dan Cihideung sebagai etalase daerah mengalami perubahan, menyongsong Kota Resik bakal menjadi kota jasa. “Meski pun sekarang secara faktual kita menjadi kota jasa di Priangan Timur, hanya saja konsep penataan ini sebagai pendukung itu agar situasi di sana secara visual lebih nyaman, melalui konsep pedestrian, itu filosofisnya,” kata Wenda menceritakan, Kamis 7/7/2022. 

Dia menceritakan, dalam beberapa kesempatan Kota Tasikmalaya menginginkan menjadi tuan rumah rapat kerja Apeksi (Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia), kerap mengalami gagal lantaran faktor kondisi HZ Mustofa dan Cihideung. Tidak memenuhi aspek yang disyaratkan dalam menjadi tuan rumah ajang bergengsi pemerintahan kota itu. 

“Setahu saya yang baru dilantik beberapa bulan lalu di sini, karena memang kondisinya begitu (kurang tertib). Maka Pemkot kala itu menerjemahkan konsep penataan, dalam bentuk pedestrian yang akan dikerjakan ini,” tuturnya.

Namun perlu diketahui, lanjut Wenda, konsep penataan di dua ruas jalan itu bukan sebatas ‘kerjaan’ DPUPR saja. Pihaknya sebatas merealisasikan rencana pembangunan infrastrukturnya. Sementara, urusan lain diwenangi dinas-dinas terkait sesuai bidang urusannya masing-masing. 

“Jadi memang ada kesan ini kegiatan DPUTR saja, notabene di sana juga beragam dinas memiliki urusan, seperti kaitan perdagangan, lalu lintas dan parkir sampai dengan tanaman atau vegetasi yang diwenangi Dinas Lingkungan Hidup. Karena memang alokasi infrastrukturnya ada di kami, seolah jadi kegiatan kami saja,” kata mantan pegawai Bappelitbangda itu. 

Ditanya apakah Jalan Cihideung bakal ditutup sesuai perencanaan awal atau tidak? Wenda menjawab, hal itu berada di level kebijakan. Namun, secara gambaran, ia mengatakan konteks penutupan jalan menjadi pedestrian dalam pengaturan arus lalu lintas di Cihideung. Tidak serta merta ditutup secara total, mengingat adanya aktivitas warga yang bermukim dan berniaga di lokasi tersebut. “Bukan berarti ditutup itu, pemukim sana tidak bisa lewat. Hanya bisa keluar masuk, mungkin bisa disesuaikan dan diatur saja,” ujar dia.  

Hanya saja, kata dia, sampai saat ini pihaknya masih berpegang terhadap konsep perencanaan awal. Dimana ruas penghubung HZ Mustofa menuju Jalan Pasar Wetan itu konsepnya pedestrian. “Sementara ini kami berpegang itu konsep jalannya ditutup dulu, sesuai perencanaan awal dan finishing-nya tentu begitu. Namun, apabila nanti ada kebijakan seperti apa, kita Bidang Jalan tentunya menyesuaikan, dalam hal ini bagaimana keputusan tim dan tentunya pak wali kota,” papar Wenda. 

Terpisah, Wakil Ketua DPRD Kota Tasikmalaya Muslim MSi menilai penutupan boleh saja dilakukan. Namun, ada kekhususan bagi warga sekitar yang memiliki kendaraan dan membutuhkan akses secara aktif di area itu. “Ya tinggal kendaraan warga asli setempat tetap dibolehkan saja melintas, boleh saja nanti bentuknya jadi pedestrian juga, asal akses leluasa orang setempat,” tegas dia.

Ketua DPC PDIP itu menganalisa hasil dari pemanggilan komisi terkait terhadap tim penataan. Konsep pedestrian itu belum dipenuhi sarana pendukung atau aspek penunjang yang dibutuhkan. Sebab, apabila akan dilaksanakan perubahan total di area itu, infrastruktur atau sarana alternatif penggantinya mesti disiapkan. 

“Ambil contoh area parkir. Oke Jalan Pemuda sudah diwacanakan, lalu memudahkan warga, toko atau siapa saja yang beraktivitas di sana, ada jalan tembusan tidak? Coba bisa dipikirkan itu, sepanjang masjid agung sampai Cihideung ada ruas-ruas tembusan agar memudahkan masyarakat,” analisanya. 

“Bisa saja nanti membebaskan beberapa lahan di area itu, sebagai tembusan jalan menghubungkan sarana parkir (Jalan Pemuda) dengan HZ dan Cihideung tentunya, seperti di Malioboro banyak ruas semacam itu,” sambung dia. 

Selain itu, kalkulasi lain yang dibutuhkan pematangan konsep pemkot. Pertokoan di area itu, apakah setelah akses ditutup bisa kembali ramai atau justru sebaliknya. “Saya pernah usulkan, Pasar Rel itu bubarkan saja, jadi bisa digunakan sarana parkir, tidak hanya Jalan Pemuda. Supaya apa, pengunjung tidak kesulitan cari tempat simpan kendaraan, karena jadi malas kalau jalan terlalu jauh ke Cihideung hanya untuk misal beli sesuatu yang di jalan-jalan lain juga dijual dan lebih mudah aksesnya,” kata Muslim. 

Sekretaris Komisi III DPRD Kota Tasikmalaya H Wahid mengakui hal tersebut dari hasil pemanggilan tim penataan. Konsep infrastruktur sudah matang, hanya tidak dibarengi kesiapan konsep untuk penataan di luar sarana-prasarana fisiknya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: