Kisah Getir Elena: Istri Tentara Ukraina yang Diperkosa Dua Tentara Rusia
Reporter:
usep saeffulloh|
Jumat 08-04-2022,13:10 WIB
Radartasik.com, Elena, istri seorang tentara Ukraina, yang namanya telah diubah untuk melindungi identitasnya, menceritakan cobaan yang berlangsung selama berjam-jam.
Dia bersikeras ingin menceritakan kisah pemerkosaannya oleh dua tentara
Rusia, yang mengambil alih kampung halamannya di
Ukraina bagian selatan.
Kisahnya mirip dengan korban lain yang didokumentasikan oleh organisasi hak asasi manusia yang mengatakan pemerkosaan digunakan sebagai ”senjata perang” di
Ukraina.
Dilansir
Disway.id dari
AFP di Kota Zaporizhzhia, setelah berhasil mengungsi dari wilayah Kherson yang dikuasai
Rusia.
Saat itu,
Elena sedang menunggu bus untuk dipertemukan kembali dengan keempat anaknya di
Ukraina tengah.
Dia mengirim mereka pergi dari kampung halaman mereka pada 24 Februari 2022, tepat di hari pertama invasi
Rusia.
Suaminya dikirim ke garis depan, sedangkan
Elena tetap tinggal untuk mencoba dan mengatur rencana pindah rumah ke bagian daerah yang lebih aman.
Tetapi dia terbentur dengan situasi. Mobil yang dikendarainya terhenti. Situasi di lapangan berubah dengan cepat, dengan hadirnya pasukan
Rusia yang mengambil alih kota.
”Sekitar pukul 3 sore, saya pergi ke toko. Saat sedang mengantre, beberapa tentara
Rusia masuk dan mulai berbicara dengan pelanggan," tutu
Elena mengawali perbincangan.
”Saya tidak bisa mendengar apa yang mereka katakan, tetapi saya menyadari bahwa salah satu penduduk menunjuk ke arah saya dan mengatakan 'Dia seorang banderovka!'."
Istilah ini mengacu pada pemimpin nasionalis
Ukraina Stepan Bandera, yang bekerja sama dengan Nazi Jerman untuk berperang melawan Uni Soviet.
Ini sering digunakan oleh otoritas
Rusia sebagai cara yang meremehkan untuk merujuk pada pejabat
Ukraina yang dianggap berpandangan nasionalis.
Lalu pria yang menunjuknya berkata: "Itu karena orang-orang seperti itu sehingga perang pecah".
Seketika orang tersebut membuat situasi makin panas dengan berujar ”Dia adalah istri seorang tentara.”
”Saya mengerti bahwa mereka mengawasi saya, jadi saya segera meninggalkan toko. Saya hanya punya waktu untuk masuk ke rumah saya. Tanpa saya sadari 2 tentara
Rusia masuk melalui pintu itu. Saya tidak punya waktu untuk mengeluarkan ponsel saya untuk menelepon untuk membantu atau melakukan apa pun,” cerita
Elena.
”Tanpa sepatah kata pun, mereka mendorong saya ke tempat tidur. Mereka menahan saya dengan senapan dan menelanjangi saya,” ungkap wanita muda itu seraya menangis.
”Mereka tidak banyak bicara. Kadang-kadang mereka memanggil saya 'banderovka' atau saling berkata 'giliranmu'. Kemudian, pada jam 4 pagi, mereka pergi karena giliran mereka untuk bertugas di kamp mereka,” jelasnya.
Elena mengatakan dia belum berbicara dengan dokter atau terapis mana pun tentang cobaan itu, apalagi dengan suaminya.
”Saya bidan. Saya mengobati sendiri,” ucapnya.
"Saya akan menemukan semua yang saya butuhkan begitu saya mencapai tujuan saya. Saya hanya ingin melihat anak-anak saya".
Ditanya tentang kondisi fisik dan mentalnya, lagi-lagi
Elena menangis. Mulutnya terdiam beberapa menit.
”Menjijikkan. Sangat menjijikkan. Saya tidak ingin hidup,” katanya.
Tujuh Kasus Dilaporkan Ke Saluran Bantuan
Kasus
Elena jauh dari satu-satunya kasus yang terungkap. La Strada cabang
Ukraina, sebuah organisasi hak-hak perempuan, mengungkapkan ada 7 laporan terkait tujuh kasus pemerkosaan.
Namun Alina Kryvoulyak, seorang perwakilan dari kelompok tersebut, mengatakan mungkin jumlahnya lebih dari kasus yang diterima.
”Mungkin ada ratusan atau ribuan wanita dan gadis muda yang telah diperkosa,” terangnya.
Telepon pertama yang diterima La Strada pada 4 Maret adalah tentang pemerkosaan kolektif terhadap seorang ibu dan putrinya yang berusia 17 tahun oleh tiga pria di Kherson.
Kasus lainnya terjadi di wilayah Kyiv, katanya.
”Tentara Rusia telah melakukan kekerasan seksual terhadap perempuan dan laki-laki Ukraina, terhadap anak-anak dan terhadap orang tua,” terang jaksa agung Ukraina Iryna Venediktova, Jumat 8 April 2022.
Dia mengakui, bagaimanapun, tantangan mengumpulkan bukti di negara yang berperang di mana sinyal telepon dan jangkauan listrik tidak merata.
Sementara itu,
Elena mangaku dirinya yakin pasukan
Ukraina akan membalas dendam ketika mereka merebut kembali daerah-daerah yang saat ini dipegang oleh pasukan
Rusia.
”Saya akan mengarahkan jari pada orang-orang yang telah berbuat keji kepada saya. Saya akan menunjukkan mereka (pelaku) kepada suami saya,” ucapa
Elena seraya menundukan kepala.
(disway)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: