Tak Gunakan Dollar, Rusia Sebut India sebagai Sahabat India dan Siap Pasok Semua Barang Apapun
Reporter:
radi|
Sabtu 02-04-2022,06:20 WIB
Radartasik.com, NEW DELHI - Rusia terus berupaya meningkatkan pemakaian mata uang non-Barat, baik dollar maupun euro, dalam perdagangan dengan negara lain seperti India. Hal itu dikatakan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov saat mengunjungi India, Jumat (01/04/2022).
Langkah Lavrov mengunjungi
India merupakan bagian untuk mencari dukungan dari negara yang telah lama dianggap sebagai sekutu
Rusia itu. Kunjungannya dilakukan sehari setelah AS dan Inggris menekan
India untuk tidak mengganggu sistem keuangan berbasis dolar dan sanksi yang dijatuhkan kepada
Rusia atas invasinya di Ukraina.
Lavrov memuji
India sebagai sahabat yang tidak "memandang dari satu sisi" atas perang di Ukraina.
India dan China adalah dua negara besar yang tidak mengutuk invasi
Rusia.
Setelah Lavrov mengunjungi China pekan ini, Beijing mengatakan pihaknya "lebih bertekad" untuk memperluas hubungan dengan
Rusia.
"Kita bersahabat," kata Lavrov dalam jumpa pers usai bertemu dengan Menlu
India Subrahmanyam Jaishankar.
Dia menambahkan
India melihat krisis di Ukraina dengan "keseluruhan fakta dan tidak cuma secara sepihak". Bank sentral
Rusia, kata Lavrov, sudah beberapa tahun membangun sistem komunikasi informasi keuangan dan
India juga memiliki sistem serupa.
"Sangat jelas bahwa lebih banyak transaksi akan dilakukan melalui sistem ini dengan menggunakan mata uang nasional, bukan dolar, euro dan mata uang lainnya," kata dia.
Rusia adalah pemasok terbesar alat pertahanan ke
India dan Lavrov mengatakan kedua negara akan menggunakan mekanisme rupee-ruble untuk memperdagangkan minyak, peralatan militer dan komoditas lain.
"Kami siap memasok barang apa pun yang ingin dibeli oleh
India," katanya.
"Saya yakin ada cara untuk melewati hambatan artifisial dari sanksi unilateral ilegal yang dibuat oleh Barat. Hal ini juga terkait dengan kerja sama di bidang teknik-militer," kata Lavrov menambahkan.
Dia juga mengatakan ada sejumlah kemajuan dalam perundingan dengan Ukraina.
"Status non-nuklir, non-blok, netral—itulah yang kini diakui sebagai kebutuhan mutlak," katanya.
Lavrov juga bertemu dengan Perdana Menteri
India Narendra Modi sebelum kembali ke
Rusia Jumat malam.
Dialog dan Diplomasi
Lavrov mengatakan
Rusia terbuka bagi
India untuk memediasi Ukraina dan
Rusia tapi dia mengaku belum mendengar usulan itu, sementara Jaishankar mengatakan
India mendukung penyelesaian damai bagi konflik tersebut.
Jaishankar menekankan pentingnya penghentian kekerasan dan pertempuran, kata kementerian luar negeri
India dalam pernyataan.
"Perbedaan dan perseteruan harus diselesaikan melalui dialog dan diplomasi dan penghormatan pada hukum internasional, Piagam PBB, kedaulatan dan kesatuan teritorial negara-negara," ujarnya.
India telah membeli jutaan barel minyak mentah dari
Rusia dengan potongan harga sejak perang meletus, menyebut pembelian itu demi kepentingan rakyatnya seperti yang dilakukan negara-negara Eropa.
Menteri Keuangan Nirmala Sitharaman mengatakan
India akan terus membeli minyak
Rusia dengan potongan harga.
"Saya akan mendahulukan kepentingan nasional negara saya dan saya akan mendahulukan keamanan energinya," kata dia.
"Kenapa saya tidak membelinya? Saya perlu itu untuk masyarakat saya," tegasnya.
India juga memiliki kontrak untuk membeli minyak bunga matahari dari
Rusia dengan harga tertinggi dalam sejarah setelah pasokan dari Ukraina terhenti.
Saat berkunjung ke New Delhi pada Kamis, Wakil Penasihat Keamanan Nasional untuk Ekonomi Internasional AS Daleep Singh mengatakan Washington tidak akan membatasi impor energi
India dari
Rusia, tapi tak ingin melihat "akselerasi yang cepat" dalam pembeliannya.
Menlu Inggris Liz Truss juga mengatakan ketika mengunjungi
India pada Kamis bahwa Inggris menghormati keputusan
India untuk membeli minyak
Rusia dengan harga diskon, seraya menjelaskan sanksi keras pada
Rusia di sektor pelabuhan, emas dan energi. (ant/dil/jpnn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: