Motif Batu Akik Junjung Drajat pada Fasad

Motif Batu Akik Junjung Drajat pada Fasad

radartasik.com, DI tengah gempuran tren arsitektur bergaya modern, arsitektur bernuansa tradisional masih mendapatkan tempat.

Elemen khas Indonesia diadaptasi sedemikian rupa hingga mewujud dalam sebuah hunian unik nan elok. Misalnya rumah di kawasan Nginden, Surabaya, karya arsitek Gayuh Budi dari Gursiji Studio.

Kesan tradisional pada hunian itu terasa kental dengan penggunaan material batu bata ekspos di hampir seluruh fasad.

Namun, salah satu hal yang paling menarik dari rumah itu adalah fasadnya yang berbentuk lancip di bagian atas.

Bentuk bangunan tersebut mengingatkan kita terhadap gunungan wayang karena memang dari situlah inspirasi utamanya. 

Bagian fasad yang meng-cover kamar utama di lantai 2 juga dipercantik dengan tekstur dan motif seperti batu akik Junjung Drajat.

Namun, motif itu dibalik sehingga bentuk lancipnya ada di bagian atas. Selain menyesuaikan dengan bentuk fasad gunungan, juga memiliki makna filosofis tersendiri. 

”Yakni, membuat pemilik semakin betah di rumah, serta harapannya dapat menaikkan kehidupannya,” jelas Gayuh kepada Jawa Pos pada Jumat (18/3/2022).

Untuk menghasilkan motif itu, dia menggunakan teknik penggabungan satu bata dan setengah bata. Dia menjelaskan teknik satu bata atau dinding pemikul banyak digunakan pada bangunan tempo dulu ketika teknologi beton belum ada.

”Tapi, saat ini dinding satu bata sudah tidak lagi digunakan. Jadi, kombinasi dinding yang muncul adalah representasi dari pasangan satu bata,” beber dia.

Di sisi lain, sang arsitek Gayuh melakukan pendekatan omah kampung halaman pada rumah itu. Artinya, rumah itu mengingatkan terhadap kampung halaman, yakni tempat di mana kita dilahirkan dan menghabiskan masa kecil hingga menjelang dewasa.

Namun, ketua pengurus Ikatan Arsitek Indonesia-Jawa Timur juga mengartikannya secara harfiah. Yakni, kampung yang memiliki halaman.

Karena itulah, di rumah tersebut terdapat dua halaman. Pertama ada di lantai 1. Taman kering di lantai 1 itu berfungsi memecah massa bangunan. Sebab, rumah tersebut memiliki panjang 30 meter persegi.

”Harus dipotong supaya udara dan sirkulasinya didapat dari atas, mengingat kanan dan kiri rumah itu penuh dengan rumah tetangga,” jelas dia.


Suasana ruang keluarga yang sejuk. Di balik dinding lengkung terdapat taman kering yang mengalirkan udara ke dalam ruangan. Foto: Puguh Sujatmiko / Jawa Pos

Lalu, halaman di lantai 2 yang hanya dapat diakses dari kamar utama. Sehingga menjadikannya area yang sangat privat.

”Jadi, kalau pagi-pagi atau malam mau duduk santai ditemani udara segar, bisa di lantai 2 aja, tidak perlu turun,” pungkas dia. (Jawa Pos) 

PINTU NEWTRO
Nuansa tradisional diperkuat dengan adanya pintu kayu ukir dari Bojonegoro. Pintu itu dibuat dari material lama yang diatur sedemikian rupa sehingga menjadi baru. 
Gayuh menyebutnya newtro yakni new (baru) tapi retro. Pintu itu tidak diberi finishing touch untuk mempertahankan coretan-coretan aslinya.


JEMBATAN PENEDUH
Di lantai 2 yang merupakan area privat, terdapat jembatan kecil yang menghubungkan kamar anak dengan kamar utama. Jembatan itu juga sekaligus menjadi peneduh pada area taman kering di lantai 1.

PAGAR GESER
Pemilik rumah berinisiatif membuat pagar geser yang membatasi antara area diskusi dan area keluarga di lantai 1.
Selain itu, juga agar area keluarga di belakang tidak terlalu terlihat dari pintu masuk. Pagar yang dibuat semi-terbuka itu dihiasi pot-pot tanaman.

LAPANGAN BASKET MINI
Area ini ada sebelum Gayuh merenovasi rumah tersebut. Lapangan itu terletak di bagian belakang lantai 1. Tujuannya untuk mengakomodasi hobi basket pemilik dan anaknya.


Luas tanah: 400 meter persegi
Luas bangunan: 250 meter persegi
Lokasi: Surabaya
Lama pengerjaan: 1,5 tahun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: