Henti Jantung Berbeda dengan Serangan Jantung, Berikut Ini Cara Mencegah, Deteksi dan Tindakan
Reporter:
usep saeffulloh|
Senin 21-03-2022,08:00 WIB
Radartasik.com, Kita sering mendengar istilah henti jantung (sudden cardiac arrest) dan serangan jantung. Apakah dua istilah itu berbeda? Ternyata memang berbeda.
Dalam perbincangan virtual dengan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari Mayapada Hospital Surabaya dr. Samuel Sudanawidjaja, Sp.Jp, kondisi
henti jantung dan
serangan jantung ternyata berbeda dari mulai gejalanya hingga penanganannya.
Menurutnya,
henti jantung adalah suatu kondisi atau istilah di mana jantung berhenti mendadak, karena suatu sebab tertentu.
“Jadi sama sekali tidak ada aktivitas dari jantung itu. Tiba-tiba otot jantung terhenti, tak bisa memompa darah lagi, tak ada aktivitas apa-apa,” kata dr. Samuel secara virtual, Kamis (10/2/2022).
Menurutnya, waktu emas atau golden period untuk menolong seseorang dari kondisi
henti jantung yakni hanya berlangsung sangat singkat, hanya 3 menit. Jika terlambat sedikit saja, akan menyebabkan kerusakan otak hingga koma atau berujung kematian.
“Kalau kita tolong dalam waktu yang cepat, itu masih ada kemungkinan untuk di hidupkan kembali. Jadi memang angka kematiannya sangat tinggi.
Henti jantung ini biasanya kejadiannya di luar rumah sakit ya. Ini perlu pertolongan yang cepat dan tepat. Kita punya waktu kalau terjadi
henti jantung sekitar 3 menit, menyelamatkan pasien. Tiga menit saja. Karena setelah 3 menit, otak mulai mengalami kerusakan,” jelasnya.
“Jadi katakanlah kita agak delay menolong, mungkin fungsi jantung bisa dikembalikan, mungkin jantungnya berdenyut lagi, tetapi orangnya mungkin tak pernah bangun atau dalam kondisi koma terus karena otak sudah mulai mengalami kerusakan. Jadi idealnya
henti jantung ditolong maksimal 3 menit,” tambah dr. Samuel.
Jadi, fungsi jantung dalam mengalirkan darah ke seluruh tubuh menjadi terganggu. Jika dibiarkan begitu saja, kondisi ini bisa berakibat fatal hingga hilangnya nyawa.
Dan jika seseorang mengalami
serangan jantung, maka mereka akan memiliki golden period lebih lama dibanding
henti jantung, yakni sekitar 2 jam. Hasil yang terbaik adalah pertolongan dilakukan dalam waktu 2 jam.
“Sebenarnya kita masih punya waktu sampai 6-12 jam, tapi prinsipnya makin cepat makin baik,” kata dr. Samuel.
Menurut dr. Samuel,
henti jantung sulit diketahui gejalanya, bahkan hampir tak ada gejala pendahuluan. Seseorang bisa langsung terjatuh dan tak bernapas.
“
Henti jantung tak ada gejalanya, tiba-tiba saja terjatuh dan tak bernapas, tanpa gejala orangnya bisa baik-baik saja, tiba-tiba jatuh saja, tanpa apa-apa. Tanpa gejala langsung jatuh, tak bernapas. Ya mungkin bisa ada kejang atau ngorok sebentar karena jantung tiba-tiba berhenti,” jelasnya.
Sedangkan
serangan jantung, gejala spesifiknya, pasien merasa tak enak di dada, rasa seperti tertekan benda berat, atau rasa panas di dada. Rasa tak enak itu bisa di tengah, kiri, kanan di punggung, bisa menjalar sampai ke rahang dan lengan.
“Yang sering di dada bagian tengah, rasa tak enak, biasanya disertai keringat dingin yang banyak sekali,” jelasnya.
Bergeser ke Usia Muda
“Terbanyak 40-50, usia tua ada, dan laki-laki lebih banyak dari perempuan. Karena usia 40-50 itu perempuan masih dikatakan terlindungi hormon estrogen. Masih menstruasi. Perempuan meningkat resikonya setelah menopause,” tambahnya.
Pemicunya
Kondisi
henti jantung bisa disebabkan beberapa pemicu. Pertama bisa karena obat, makanan dan minuman tertentu, hingga penyebab utamanya adalah gangguan irama, ada satu irama yang berbahaya, yang kita sebut ventrikel takikardi. Gangguan irama itu menyebabkan jantung berhenti.
“Nah kenapa bisa terjadi gangguan irama itu? Itu ada pemicunya biasanya, antara lain obat-obatan yang merangsang jantung. Misalnya, yang mudah ditemukan itu obat flu. Obat flu bisa menjadi pemicu, kalau orang itu punya bakat gangguan irama. Lalu narkoba, kopi, kalau orang itu memang punya bakat ke arah sana. Obat flu, mengandung obat untuk pilek golongan Pseudoephedrine. Itu bisa memicu gangguan irama jantung yang fatal. Kalau ingat beberapa waktu lalu, obat-obat flu pernah ditarik semua, dosisnya diperkecil semua. Kalau paracetamol saja aman tak masalah,” jelasnya.
Pemicu
henti jantung lainnya, bisa saja riwayat kolesterol, diabetes, hipertensi, tapi tak berdampak secara langsung. Diabetes, hipertensi, dan kolesterol itu menyebabkan PJK atau Penyakit
Jantung Koroner.
“Nah PJK sendiri menyebabkan gangguan irama. Kemudian gangguan iramanya itu akan menyebabkan
henti jantung,” jelasnya.
Atau bisa juga disebabkan oleh faktor genetic, contohnya adalah sindrom brugada. Ini adalah suatu kondisi yang dibawa dari lahir. Adalah kelainan sistem produksi dari jantung yang dinamakan brugada.
“Orang-orang dengan sindroma brugada ini rawan mengalami
henti jantung, apalagi setelah olahraga berat, minum kopi, itu rawan,” kata dr. Samuel.
Yaitu dengan melakukan pijat jantung atau disebut basic life support. Yaitu merupakan pijat jantung dengan bantuan napas, yang bisa dilakukan oleh orang awam yang sudah pernah dilatih.
”Karena kalau belum pernah dilatih, nanti cara pijatnya salah. Lokasinya salah. Bukannya tambah baik, bisa tambah jelek. Jadi sebaiknya pijat jantung dilakukan oleh seseorang yang memang sudah dilatih. Sambil menunggu pertolongan datang. Sambil ada orang lain menghubungi gawat darurat dan ambulans supaya segera datang,” katanya.
Cara Mencegahnya
Untuk mencegah terjadinya
henti jantung atau PJK tentu dengan menjaga pola makan sehat dengan menghindari lemak jenuh seperti kulit yang lemaknya banyak, daging berlemak, hingga membatasi minyak goreng dan jangan dipakai ulang ya.
Perbanyak sayur dan buah, istirahat dan tidur minimal 6 jam. Lalu jangan lupa melakukan olahraga rutin seminggu 4 kali, 30 menit aerobik setiap hari juga bagus.
“Jaga keseimbangan kerja dan istirahat, hindari stres yg berlebihan. Stres akan memicu hormon adrenalin yang tak baik untuk jantung,” katanya.
Setiap individu yang sudah berusia di atas 40 tahun juga disarankan untuk mulai melakukan pengecekan kesehatan secara rutin, EKG, hingga treadmill. Dan usia 30an juga sudah harus melakukan pengecekan kesehatan dasar seperti kolesterol dan diabetes.
Deteksi dan Tindakan:
Lakukan deteksi sedini mungkin untuk menghindari resiko penyakit menjadi serius. Jangan tunda melakukan tindakan apabila ada gejala yang dirasakan. Bila anda memiliki pertanyaan, anda bisa melakukan konsultasi dengan dokter melalui klik link berikut: https://mayapadahospital.com/askdoctor. (jp)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: