Kemendikbudristek Tegaskan Kurikulum Merdeka Bantu Anak Temukan Ruang Keunikannya Masing-Masing

Kemendikbudristek Tegaskan Kurikulum Merdeka Bantu Anak Temukan Ruang Keunikannya Masing-Masing

Radartasik.com — Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran pada Kemendikbudristek RI, Zulfikri Anas menegaskan bahwa esensi dari penerapan Kurikulum Merdeka adalah untuk menciptakan ruang bagi setiap anak atau siswa, agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai fitrah atau keunikannya masing-masing.

“Setiap manusia tidak ada (yang namanya) produk gagal dari Tuhan. Dan, setiap manusia punya keistimewaan dan punya ruang masing-masing yang disediakan secara fitrah. Dan tugas kita adalah membantu anak menemukan ruang yang sudah disediakan dalam kehidupan tersebut. Sehingga tidak ada anak yang tidak punya tempat dalam kehidupan,” kata Zulfikri Anas dalam Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB) secara daring di kanal YouTube Kemendikbudristek RI, Jumat (18/02/2022).

Zulfikri menjelaskan, jika pada kurikulum terdahulu semua anak harus mendapat materi sama dengan cara sama, pengalaman belajar dan sumber belajar yang sama serta penilaian yang sama. Maka yang terjadi hanya mengakomodasi sebagian kecil anak saja yang cocok dengan cara seperti itu.

“Kurikulum adalah sebuah proses, iklim, suasana, budaya belajar yang memanusiakan manusia. Kita harus lihat kurikulum dari situ. Sehingga, tidak hanya kemampuan (skills) atau pengetahuan siswa saja yang dikedepankan oleh guru. Mari para guru kita bergerak bersama menyentuh hati peserta didik kita,” ajaknya.

Oleh karena itu, dalam Kurikulum Merdeka, guru diberi kebebasan untuk memilih format, pengalaman, dan materi esensial yang cocok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan dari sisi siswa, mereka punya ruang seluas mungkin untuk mengeksplor keunikan dirinya masing-masing.

“Jadi kalau dulu orang bilang biasanya ganti menteri ganti kurikulum, tapi ini sekarang ganti anak ganti kurikulum. Jadi semua anak punya 'kurikulum' sendiri-sendiri sebetulnya,” ujarnya.

Terkait penerapan Kurikulum Merdeka Belajar ini, Kemendikbudristek sendiri telah melakukan sosialisasi kepada berbagai pihak, meliputi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Kelompok Kerja Guru (KKG), komunikasi dengan Dinas Pendidikan daerah, organisasi pendidikan, dan sebagainya. Selain itu, informasi terkait Kurikulum Merdeka juga dapat diperoleh di laman kurikulum.kemdikbud.go.id

“Mari kita selamatkan bangsa ini lewat dunia pendidikan. Mari kita bangun budaya belajar sesungguhnya dengan memosisikan kurikulum pada tempat semula, yaitu sebagai alat yang memberi ruang pada tiap individu untuk berkembang sesuai potensinya masing-masing,” pesan Zulfikri.

Sementara, Joko Prasetyo, guru SMP Negeri 2 Temanggung, Jawa Tengah mengungkapkan perbedaan penerapan Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 lebih fokus pada kognitif, yaitu capaian nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang menjadi angka kualitatif sehingga membelenggu guru. Sementara, Kurikulum Merdeka atau sebelumnya dikenal sebagai Kurikulum Prototipe, para guru diarahkan pada pembentukan karakter yang lebih riil. 

“Kami lebih mengarahkan siswa agar mempunyai enam dimensi dalam profil pelajar Pancasila yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berkebinekaan global, gotong royong (kolaborasi), mandiri, bernalar kritis, dan kreatif,” ujarnya. 

Kurikulum Merdeka juga menumbuhkan paradigma baru, yaitu menghargai pencapaian setiap siswa. Setiap anak itu berbeda, bahkan sekalipun anak kembar pasti mempunyai karakter yang berbeda. "Poin pentingnya adalah para guru harus menghargai proses pencapaian belajar setiap anak,” kata Joko.

Kurikulum Merdeka diterapkan di SMP Negeri 2 Temanggung melalui berbagai proyek untuk penguatan profil pelajar Pancasila. Misalnya, dengan mengadakan pentas seni muatan lokal, bereksplorasi, berdiskusi dalam membuat produk kearifan lokal, dan sebagainya. 

“Dari situ kami berharap bisa menjadi tolok ukur agar siswa senantiasa mengembangkan bakatnya dan memunculkan potensi yang ada di diri mereka,” ungkap Joko. 

Keunggulan Kurikulum Merdeka juga diungkapkan Stefani Anggia Putri, guru SD Negeri 005 Sekupang, Batam, Kepulauan Riau. Melalui penerapan Kurikulum Merdeka, pembelajaran dilakukan melalui paradigma baru dan berdiferensiasi sehingga menjadi menyenangkan, berpusat kepada siswa, dan sesuai kebutuhan serta tahap kembang siswa. 

"Kurikulum Merdeka diharapkan mampu mewujudkan profil pelajar Pancasila. Kami sudah buktikan itu selama setahun menerapkan kurikulum ini ada banyak perubahan terhadap siswa kami," pungkas Anggia. (jawapos/esy/jpnn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: