Uji Klinis Dimulai Vaksin Merah Putih Dimulai, Diyakini Para Ahli Bisa Menangkal Varian Omicron
Reporter:
usep saeffulloh|
Rabu 09-02-2022,09:00 WIB
Radartasik.com, Membanggakan. Vaksin Merah Putih, karya anak bangsa diyakini para pakar akan mampu menangkal varian Omicron. Saat ini, vaksin tersebut masih dalam akan menjalani uji klinis fase 1.
Vaksin Merah Putih telah diuji hingga ke varian Delta, varian yang disebut mempunyai tingkat penyebaran paling parah dibanding varian lain.
“Kalau analoginya jika (vaksin) lain turun (efikasinya) di Delta tapi masih (dinilai bagus) efiksinya. Apalagi kami sudah uji tantang di varian Delta,” ucap
Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih.
Meski begitu,
Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih mengungkapkan dalam
uji klinis fase pertama, akan banyak kesiapan dan kehati-hatian yang dilakukan pihaknya. Bahkan, kata dia, pre klinis harus dilakukan secara dua kali untuk memastikan tingkat
efikasi dan keamanan vaksin.
“Dari awal kami didampingi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (
BPOM) dalam pembuatan vaksin ini. Jadi memang kami harus mengikuti sesuai prosedur ketat, meskipun agak lama,” tutur
Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih.
Wakil Rektor I
Unair tersebut mengakui dalam pembuatan vaksin ini pihaknya memang sedikit lama dibanding negara lain, atau dibutuhkan waktu dua tahun sejak proses penelitian dilakukan dan baru terealisasi
uji klinis di tahun ini.
“Dalam kondisi emergency, pre klinis bisa di-skip. Mungkin di negara-negara lain merasa yakin akan produknya. Mereka juga berpengalaman dalam kondisi seperti ini. Bisa jadi uji hewan tidak dilakukan. Kata
BPOM juga tidak apa-apa (pre klinis tidak dilakukan). Tapi karena ini yang pertama produksi anak bangsa. Sehingga kami ikuti seluruh prosedur dengan sangat ketat dan hati-hati,” kata
Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih menjelaskan.
Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih mengungkapkan, pelaksanaan
uji klinis vaksin fase I akan terpusat di RSUD dr Soetomo. Persiapannya dilakukan sejak tahun lalu. Persisnya setelah hasil uji praklinis sangat bagus, baik terhadap tikus maupun makaka.
”Efikasinya mencapai 98 persen,” ujar wakil rektor
Unair bidang riset, inovasi, dan c
ommunity development tersebut.
Selain tim
uji klinis yang bakal melakukan vaksinasi,
Unair mempersiapkan tim monitoring dan evaluasi (monev). Tim monev terdiri atas tim independen.
Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih menjelaskan, semua
uji klinis akan dilaksanakan dalam satu tahun. Jadi, rencananya fase I dimulai Rabu (9/2/2022). Fase tersebut terus berlangsung hingga satu tahun ke depan. Meski begitu, fase II dapat dilakukan dengan
overlapping fase I. Begitu juga fase III.
Dengan begitu, semua fase dalam
uji klinis akan terekam dalam satu tahun. Setelah
uji klinis fase III tuntas,
BPOM bisa mengeluarkan
emergency use authorization (EUA).
”Jika
BPOM mengeluarkan EUA, vaksin bisa diproduksi massal oleh mitra industri,” jelasnya.
”Kami masih membutuhkan sangat banyak partisipan. Kami mencari partisipan dengan mengontak beberapa institusi yang belum vaksin. Begitu juga pondok pesantren,” ungkapnya.
Nyoman menuturkan, diharapkan
vaksin Merah Putih platform
Unair dapat diproduksi massal pada Juni-Juli mendatang. Karena itulah, tim
Unair akan sangat berhati-hati dalam pelaksanaan
uji klinis agar mendapatkan hasil yang bagus.
”Kita belajar dari vaksin yang dibuat sebelum ada varian Delta. Sampai sekarang bisa digunakan meski efektivitasnya menurun,” ujarnya.
”PPUK merupakan persetujuan pelaksanaan kegiatan penelitian dengan mengikutsertakan subjek manusia disertai intervensi penggunaan produk uji,” jelas Kepala
BPOM Penny K. Lukito.
PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia telah diberi sertifikat cara pembuatan obat yang baik (CPOB) sarana produksi fill and finish pada Agustus 2021. Lalu, dilanjutkan dengan inspeksi secara langsung oleh Penny ke sarana fasilitas produksi PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia pada November tahun lalu. (jp)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: