Kota Tasikmalaya Dilanda Fenomena Hujan Es, Kok Bisa? Berikut Ini Penjelasan Ilmiahnya

Kota Tasikmalaya Dilanda Fenomena Hujan Es, Kok Bisa? Berikut Ini Penjelasan Ilmiahnya

Hujan es terjadi saat Kota Tasikmalaya dan sekitarnya terjadi pada Selasa (25/1/2022) sore. Di saat yang sama angin kencang hingga merobohkan puluhan pohon di ruas-ruas jalan di Kota Resik ini.

Sebelumnya fenomena hujan es tidak hanya terjadi di daerah lain. Bahkan di luar Jawa Barat. Lalu bagaimana proses terjadinya hujan es dikaji secara ilmiah.

Para pakar di Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan salah satu penyebab munculnya hujan es adalah aktivitas awan Cumulonimbus (CB). Yakni awan rendah yang pertumbuhannya vertikal menjulang ke atas.

Berbentuk gumpalan seperti bunga kol dan menyerupai huruf T. Awan ini puncaknya sangat tinggi hingga suhu bagian atas awan sudah minus. Akibatnya bentuk partikel di atasnya adalah kristal kristal es. Kristal es di bagian atas inilah yang bisa turun ke bumi dalam bentuk es.

Penyebab jatuhnya es dari awan ini bisa karena adanya turbulensi atau golakan angin yang kuat, atau bisa juga terpental ke bawah pada saat munculnya petir.
“Awan CB ini umumnya terbentuk di periode antara siang dan sore hari,” kata Joko Budiono salah satu pakar di BMKG.

Selain hujan es, dampak lain yang bisa ditimbulkan awan CB ini adalah hujan lebat yang disertai petir dan angin kencang, termasuk puting beliung. Meskipun durasi hidupnya bersifat lokal dan pendek  sekitar 1-2 jam, namun dampak yang ditimbulkan bisa cukup besar. “Diimbau masyarakat untuk mewaspadai bila di daerahnya muncul awan jenis CB ini,” ujarnya.

Fenomena hujan es juga disebabkan adanya awan Cumulonimbus (CB) yang terbentuk akibat pemanasan terik pada siang hari.

“Awan CB pada tahap matang mengalami pendinginan atau kondensasi ekstrem, sehingga berpotensi turun dalam bentuk partikel es. Hujan es berasal dari awan CB, namun tidak setiap awan CB menimbulkan hujan es,” kata Kepala Stasiun BMKG Malang Anung Suprayitno juga sebelumnya menjelaskan.

Anung menjelaskan, fenomena hujan es bersifat sangat lokal atau berada pada kisaran 5-10 kilometer dan dalam waktu yang singkat. Selain itu, kecil kemungkinan untuk terjadi kembali di tempat yang sama.

Menurut dia, terjadinya cuaca ekstrem pada masa pergantian musim merupakan hal yang wajar, sehingga masyarakat diminta untuk tetap waspada terhadap fenomena cuaca ekstrem, termasuk dampak yang ditimbulkan.

“Terjadinya cuaca ekstrem adalah hal yang lumrah pada masa pergantian musim hingga musim hujan,” ujarnya.

Mengenai fenomena hujan es bisa terjadi dimana saja. Setiap daerah ada peluang munculnya turunnya hujan es selama ada awan CB. Itu normal saja, karena awan CB puncaknya sudah minus dan terbuat dari es yang sewaktu-waktu bisa turun.

Turunnya hujan es terjadi karena kilat dan petir yang dapat mementalkan es. Juga bisa karena turbulensi atau pergolakan angin di dalam awan CB. “Maka mementalkan es di puncak awan. Normal saja, bisa dimana saja tergantung awannya,” tandas Joko Budiono.

Saat hujan es, warga perlu mewaspadai angin kencang di daerah yang banyak pohon tinggi karena berpotensi terjadi pohon tumbang. Juga di wilayah dekat sungai saat lonjakan air perlu diwaspadai.

“Di samping menjaga kesehatan, sebab selain udara dingin di sore hari juga kadang udara panas di siang hari,” ujarnya. (rj/rm/jp)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: