Mengenali Demam Bifasik pada Kasus Demam Berdarah, Penting Diketahui oleh Masyarakat

Mengenali Demam Bifasik pada Kasus Demam Berdarah, Penting Diketahui oleh Masyarakat

Radartasik.com, Dalam kasus demam berdarah dengue ada istilah demam bifasik. Itu identik dalam kasus-kasus demam berdarah di Indonesia. Lalu apa itu demam bifasik


Menurut dokter spesialis penyakit dalam dr Heru Wijono SpPD, demam bifasik adalah deman yang timbul kembali. Demam ini biasanya tiba-tiba datang, kemudian setelah tiga hingga empat hari panas pada tubuh akan turun. Setelah beberapa hari panas berkurang atau stabil, kemudian tubuh mengalami demam lagi.

“Kenaikan suhu yang kedua ini dalam dunia kedokteran disebut demam bifasik khas dari DBD. Saat suhu naik, trombosit darah jadi menurun,” kata dokter yang bertugas di RS Husada Utama (RSHU) tersebut.

Selain itu, gejala khas lainnya yang bisa dibedakan antara DBD dengan virus lainnya adalah munculnya bercak-bercak merah kecil. Seperti pada permukaan lengan bagian bawah saat dilakukan pemeriksaan rumpel leede.

Pemeriksaan rumpel leede bisa dilakukan oleh dokter keluarga atau di puskesmas. Pemeriksaan ini dilakukan dengan melakukan pengukuran tekanan darah pasien, kemudian pada bagian lengan bawah ditekan dengan manset.

Setelah itu dibiarkan selama lima menit dan dapat dilihat secara kasat mata, apakah muncul becak merah kecil di bagian tersebut. “Kalau muncul berarti positif DBD dan harus segera melakukan pengecekan trombosit,” ujarnya menjelaskan.

Selian tanda tersebut, untuk perbedaan bintik DBD dengan campak yaitu, jika bintik DBD saat ditekan dengan jari tidak akan hilang, karena bukan pelebaran pembuluh darah. Karena bintik tersebut adalah sel-sel darah yang merembes keluar dari pembuluh darah.
 
Saat pandemi untuk benar-benar membedakan gejala DBD dengan gejala Covid-19 atau penyakit lainnya harus melakukan pemeriksaan laboratorium. Dengan rongten hingga swab PCR atau rapid.

Heru mengingatkan masyarakat untuk senatiasa menerapkan 3M, yakni menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan mengubur barang bekas. “Sampai saat ini 3M pencegahan DBD masih dirasa sangat efektif,” tandasnya. (gin/nur/rs/jp)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: