Sensasi Terumbu Karang Watu Dodol

Sensasi Terumbu Karang Watu Dodol

Radartasik.com, PANTAI Grand Watu Dodol (GWD) saat ini menjadi salah satu destinasi andalan Kabupaten Banyuwangi. Lokasinya sangat strategis. Berada di Desa Bangsring Kecamatan Wongsorejo. Di sebelah utara gerbang kejut patung gandrung.

Wisatawan yang datang dari jauh juga tidak akan sulit menuju ke sana. Sebab, lokasinya berada di kawasan rest area jalur pantura dekat Pelabuhan ASDP Ketapang. Pengunjung dari arah Surabaya maupun Bali bisa dengan mudah singgah.

Selain letaknya yang begitu mudah diakses, destinasi itu menawarkan beragam sajian yang akan membuat pengunjung terkagum-kagum.

Begitu tiba, sunrise dengan pemandangan perahu nelayan di Selat Bali siap menyapa. Pepohonan kelapa yang menyatu dengan bangunan berkonsep green arsitek menambah suasana syahdu di tempat tersebut.

Destinasi pantai itu juga menawarkan ragam atraksi wisata. Pengunjung bisa bermain snorkeling, diving, hingga naik perahu bermesin diesel sambil menyusuri pantai.

Terbaru, pengelola wisata menyediakan fasilitas kapal wisata bottom glass. Para traveler bisa menikmati aneka terumbu karang di dasar laut dari kaca yang menjadi alas kapal.

Sajian-sajian itu menjadi magnet wisatawan untuk datang ke sana. Mantan Wakil Menteri Luar Negeri Dino Patti Jalal bersama keluarga sempat menjajal bottom glass.

”Dengan naik kapal tersebut, wisatawan bisa menuju ke Pulau Tabuhan dan Menjangan. Jarak dari Grand Watu Dodol cukup dekat, sekitar 45 menit,” ujar Ketua Pokmas Pesona Bahari GWD Abdul Azis.

Tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam untuk bisa menelusuri aneka wahana yang tersaji di Grand Watu Dodol. Termasuk, untuk menikmati bermain snorkeling maupun diving.

Pengunjung bisa menyelam ke laut dengan kedalaman 20 meter. Hamparan terumbu karang sepanjang satu kilometer dengan beragam warna ikan hias siap menyambut para penyelam.

”Konservasi terumbu karang terus kami perluas. Kami jaga kelestariannya selama 24 jam nonstop,” kata Azis yang pada 2019 meraih penghargaan Indonesia Sustainable Tourism Award kategori Tata Kelola Destinasi Wisata dari Kementerian Pariwisata.

Karena masih dalam situasi pandemi, sejumlah pembatasan diberlakukan pengelola Grand Watu Dodol. ”Tentu, kami terapkan aturan protokol kesehatan ketat. Sistem buka tutup diberlakukan. Kuota pengunjung dibatasi 75 persen,” ujar pria yang mengelola GWD sejak 2013 itu.

Bagaimana caranya menuju ke Pulau Tabuhan dan Menjangan? Selain kapal bottom glass, pengelola menyediakan perahu nelayan bermesin diesel dengan kapasitas maksimal 10 orang. Juga disiapkan guide (pemandu).

”Peminat ke Pulau Tabuhan dan Menjangan banyak yang dari luar kota. Selama perjalanan, dikawal tim rescue,” kata Azis.

Asep, salah seorang pengunjung, mengaku senang bisa menikmati keindahan Grand Watu Dodol. Bersama istri dan anaknya, mereka mem-booking perahu plus guide-nya. ”Ini pengalaman pertama kami sekeluarga bisa pergi ke Pulau Tabuhan dan Menjangan,” kata Asep.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi Mohamad Yanuarto Bramuda menjelaskan selain Bangsring Underwater, Grand Watu Dodol menjadi objek wisata pantai andalan.

Sejak awal, pemerintah daerah memoles tempat tersebut dengan konsep green arsitektur. Renovasi dimulai 2017 dengan membangun amfiteater sebagai gelanggang terbuka untuk pertunjukan seni dan budaya.

”Amfiteater ini juga menjadi salah satu spot foto yang Instagrammable bagi para pengunjung. Grand Watu Dodol juga menyediakan toilet berkonsep green arsitek yang membuat kesan natural semakin terasa,” kata Bramuda.

Kelopoan

Dulu begitu banyak kata untuk menggambarkan Grand Watu Dodol yang tidak terawat. Kumuh, kusam, dan sampah berserakan di sana-sini. Di sana ada 27 rumah semipermanen.

Sehari-harinya, warga setempat berjualan makanan untuk wisatawan. Aktivitas itu dikenal dengan istilah kelopoan. Sebab, banyak tumbuh pohon kelapa yang menjulang ke pantai.

Kawasan perairan Desa Bangsring juga tidak bersahabat. Para nelayan seenaknya menangkap ikan dengan potasium maupun bom ikan. akibatnya, banyak ikan kecil yang mati. Lebih parahnya, banyak terumbu karang di dasar laut yang rusak. Tapi, sekali lagi, itu dulu.

Potensi besar Pantai Watu Dodol membuat pemkab tergerak untuk menyulapnya menjadi objek wisata nan indah. Instansi tersebut berusaha melakukan renovasi besar-besaran. Awalnya, demi misi itu, warga yang tinggal di kawasan tersebut direlokasi.

Alhasil, penolakan pun datang bertubi-tubi. Dipelopori Abdul Azis, yang kini menjadi pengelola Grand Watu Dodol, warga enggan pindah. Demo menolak relokasi terus bergulir. Dalam perjalanannya, berkat kepiawaian Azis, warga takluk asalkan diizinkan berjualan di lokasi tersebut.

Dengan anggaran multiyear, pemkab bergerak cepat mengubah wajah tempat kelopoan menjadi rest area. Awalnya, pemkab menanam pohon cemara udang di sepanjang pantai.

”Tiap hari sampah pantai dibersihkan. Empat tahun kemudian, kelopoan menjadi destinasi wisata unggulan,” kata Abdul Azis yang juga ketua Pokmas Pesona Bahari Grand Watu Dodol.

Saat ini Grand Watu Dodol dikelola empat kelompok wisata yang melibatkan warga sekitar. Unit usahanya berbeda-beda. Ada yang mengelola perahu menuju Pulau Tabuhan dan Menjangan. Ada pula yang khusus menangani konservasi terumbu karang dan budi daya lobster.

Seiring pesatnya kemajuan Grand Watu Dodol, tidak sedikit mahasiswa dari berbagai kampus yang belajar transplantasi terumbu karang. Kawasan tersebut juga sempat menjadi tempat menggelar program doktor mengabdi. Azis kerap diundang ke tingkat Jatim maupun nasional terkait budi daya lobster.

Berkat kolaborasi empat kelompok tersebut, Grand Watu Dodol terus mengalami kemajuan. Khusus untuk konservasi di dasar laut, saat ini sudah tertanam 23 ribu terumbu karang dengan kerapatan 70 persen.

Ragam Atraksi Wisata
- Diving, snorkeling, naik perahu menyusuri pantai, hingga naik kapal bottom 
  glass sambil melihat terumbu karang
- Meeting point menuju Pulau Tabuhan dan Menjangan
- Transplantasi terumbu karang dan budi daya lobster

Tips Berwisata di Masa Pandemi
- Sebelum berangkat ke objek yang dituju, wisatawan harus memastikan kondisi 
  kesehatan masing-masing dan kesehatan peserta lain.
- Di masa pandemi, disarankan objek yang dipilih adalah: objek wisata terbuka 
  dan objek wisata yang tak jauh dari tempat tinggal.
- Mematuhi semua protokol kesehatan yang telah ditetapkan. Termasuk, 
  menjauhi potensi kerumunan di kawasan objek wisata.
- Setelah berwisata, disarankan kembali memantau kondisi kesehatan 
  setidaknya selama 14 hari.

(Disbudpar Banyuwangi/JP/lan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: