Pandemi Covid-19 Picu Mata Lelah dan Minus, Simak 5 Solusi Dokter

Pandemi Covid-19 Picu Mata Lelah dan Minus, Simak 5 Solusi Dokter

Radartasik.com — Selama 2 tahun pandemi Covid-19, hampir seluruh kegiatan dilakukan secara virtual. Dampaknya, sebagian orang merasakan berbagai keluhan kesehatan dari mulai kegemukan karena kurang gerak, sakit punggung, hingga masalah mata.

Mengacu pada studi penelitian di Tiongkok, efek dari pandemi Covid-19 telah meningkatkan kasus myopia atau gangguan mata minus bahkan pada anak-anak. Selama 2020, anak usia 6—8 tahun ternyata 3 kali lipat lebih rawan terkena myopia dibandingkan sebelum periode pandemi Covid-19 berlangsung.

Pada kasus myopia, dokter spesialis mata dari Siloam Hospitals Bali Ariesanti Tri Handayani mengatakan, mata minus atau myopia terjadi karena cahaya yang masuk ke mata jatuh di depan retina mata. Hal itu dipicu panjang bola mata yang bertambah atau kemampuan mata dalam memfokuskan cahaya sehingga objek yang jauh terlihat buram.

”Ada dampaknya pada mata, yaitu terbagi dua. Mata lelah atau mata kering yang disebabkan karena Computer Vision Syndrome (CVS) dan akomodasi karena jangka lama yang diakibatkan adanya penambahan ukuran refraksi (myopia) yang progresif,” tutur Ariesanti melalui edukasinya pada aplikasi live Zoom, baru-baru ini.

Pada edukasi tersebut, Ariesanti menerangkan, Computer Vision Syndrome (CVS) merupakan masalah organ mata dan penglihatan yang bersifat kompleks pun terkait dengan fungsi mata dalam aktivitas dekat yang berhubungan dengan komputer.

Apa itu CVS? Gambar di layar komputer memiliki batas yang tidak tegas sehingga mata akan berusaha untuk memfokuskan bayangan saat melihat layar komputer. Dan usaha memfokuskan bayangan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan kelelahan otot mata (akomodasi). Sehingga, otot mata menjadi tegang dan menimbulkan gejala eye strain atau asthenopia. ”Sehingga terjadi CVS,” jelas Ariesanti.

Risiko dari CVS, lanjut dia, yakni adanya gangguan refraksi (minus, plus, silinder) yang tidak dikoreksi.  Termasuk adanya penyakit seperti diabetes melitus, alergi, autoimun, dan lainnya.

”Adapun penggunaan obat-obatan yang memicu penyakit mata kering misalnya obat anti glukoma, obat hipertensi, dan anti depresi, baik usia yang sudah lanjut juga ikut mempengaruhi penyakit pada mata dan sistematik,” terang Ariesanti Tri Handayani.

Lalu mengapa bisa timbul gejala CVS? Menurut Ariesanti Tri Handayani, gejala yang pada mata akibat konsentrasi di depan komputer sehingga turunnya refleksi berkedip hingga 6—8 kali per menit, berakibat menurunkan kualitas air mata. Ini yang dinamakan gejala penyakit mata kering. Sedangkan untuk gejala kelelahan mata karena adanya usaha memfokuskan bayangan saat menatap komputer pada jangka waktu yang lama berakibat otot siliaris berkontraksi.

Gejala pada otot tulang belakang juga karena cara duduk yang salah berulang-ulang seperti membungkuk, atau tidak tegak, dan tekuk leher yang menekuk sehingga membuat aliran darah kurang lancar. Akibat hal tersebut, orang akan mengalami keluhan CVS seperti penglihatan kabur saat melihat dekat, kabur saat melihat jauh setelah menggunakan komputer, serta kesulitan memfokuskan bayangan dari satu jarak ke jarak yang berbeda.

”Keluhan yang berhubungan dengan penyakit mata kering adalah iritasi atau terasa panas seperti terbakar, mata terasa kering, tegang, dan sakit kepala serta kelelahan pada mata,” tutur Ariesanti Tri Handayani.

Untuk itu, guna mencegah terjadinya CVS ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Yakni periksa kondisi mata sebelum menggunakan komputer, pastikan cukup penerangan dengan posisi duduk yang ergonomis, serta meminimalisir glare dan sesuaikan brightness dan contrast.

Berikut beberapa solusi pencegahaannya:

Perhatikan Jarak
Jarak yang ideal untuk mata dalam penggunaan smartphone sekitar 1 inci dan untuk komputer sekitar 2 inci, serta 10 inci untuk televisi atau kurang lebih 3 meter. Lalu biasakan melihat jarak jauh sekitar 20 kaki selama 20 detik setelah maksimal melihat jarak dekat setelah 20 menit.

Hindari Lensa Kontak
Untuk mengatasi keluhan ini, koreksi kelainan refraksi (minus, plus, silinder), hindari pemakaian lensa kontak bila bekerja lama di depan komputer. Gunakan tetes air mata secara rutin.

Vitamin
Dianjurkan mengonsumsi suplemen seperti omega-3, vitamin D, dan antioksidan.

Perbanyak Aktivitas Outdoor
Hal yang harus dilakukan untuk menghindari progresivitas myopia adalah kurangi aktivitas dekat sesering mungkin, perbanyak outdoor activity.

Periksa Mata
Periksa mata anak sebelum usia sekolah bila orangtua memakai kacamata. Serta kontrol kacamata rutin setiap 6 bulan sekali atau maksimal 1 tahun sekali. (jpg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: