Beri Kesempatan Warga Mengungsi, Rusia Perlambat Operasi Militer di Ukraina

Beri Kesempatan Warga Mengungsi, Rusia Perlambat Operasi Militer di Ukraina

Radartasik, Sergey Shoigu Menteri Pertahanan Rusia mengatakan perlambatan operasi militer Rusia di Ukraina disengaja dengan tujuan untuk mengevakuasi penduduk dan menghindari korban di kalangan warga sipil.

Angkatan Bersenjata Rusia sedang menciptakan koridor kemanusiaan dan mengumumkan gencatan senjata untuk memastikan evakuasi warga yang aman dari pemukiman yang dikepung, lanjutnya, meskipun pendekatan ini menghambat gerak  maju pasukanya.

“Tentu saja, ini memperlambat laju serangan, tetapi itu dilakukan dengan sengaja untuk menghindari korban sipil,” jelasnya pada pertemuan Dewan Menteri Pertahanan Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO).

Berbeda dengan Angkatan Bersenjata Ukraina, Shoigu mengatakan pasukan Rusia tidak melakukan serangan terhadap infrastruktur sipil di mana mungkin ada orang di dekatnya. Sebaliknya posisi penembakan yang teridentifikasi dengan fasilitas militer Ukraina diserang dengan senjata presisi tinggi.

Menteri pertahanan juga mencatat bahwa negara-negara Barat  takut akan kekalahan pasukan Kiev sehingga mempercepat pengiriman bantuan mematikan ke Ukraina dan mengirim penasihat militer dan personel dari perusahaan militer swasta, saat ini jumlah tentara asing melebihi 6.000 orang.

Terlepas dari sanksi hukuman terhadap Moskow dan bantuan militer yang diberikan Barat, Shoigu menyatakan bahwa Rusia akan melanjutkan operasi khusus sampai semua tujuannya tercapai.

BACA JUGA:Tentara Rusia Dapat Ditukar Dengan Prajurit Ukraina

Situasi saat ini di Ukraina adalah akibat dari penolakan Barat untuk mempertimbangkan proposal Rusia untuk menyelesaikan isu-isu kunci mengenai masalah keamanan nasionalnya, yang mencakup penghentian ekspansi NATO ke timur dan tidak adanya senjata serang dekat perbatasan Rusia ungkap Sergey Shoigu.

“Semuanya dilakukan persis sebaliknya. Amerika Serikat menetapkan arah untuk pembongkaran total arsitektur keamanan internasional yang ada, menyertainya dengan penyebaran global sistem pertahanan anti-rudal dan pengembangan sistem rudal jarak menengah dan jarak pendek,” tuturnya dikutip dari Russian Today.

NATO sekarang berada tepat di depan pintu Rusia dan telah secara signifikan meningkatkan potensi tempurnya. Shoigu juga mencatat bahwa blok pimpinan AS telah mengintensifkan upayanya untuk membuat Ukraina bergabung dengan aliansi dan mengerahkan infrastruktur militer koalisi di wilayahnya dan membuat negara itu bermusuhan dengan Moskow.

Rusia menyerang negara tetangganya pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk menerapkan persyaratan perjanjian Minsk.

Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: russian today